Mulailah mengukur kondisi, merencanakan, dan mempersiapkan segalanya sebelum melakukan sebuah proyek besar.
Tak ada yang paling paham tentang diri Anda selain Anda sendiri. Sebelum berencana untuk hamil, ukurlah kondisi Anda dan resiko yang mungkin akan menimpa Anda ketika benar-benar hamil nanti.
Sebelum menikah, Anda sebaiknya:
1). Memeriksa kesehatan rohani Anda.
Bagaimana caranya? Tidak perlu mendatangi psikolog, apalagi psikiater. Gunakan cara yang sederhana dan mudah melakukannya secara mandiri. Buatlah check list yang memuat pertanyaan-pertanyaan seputar aktivitas ibadah yang biasa Anda lakukan, misalnya seperti berikut ini :
a) Apakah semangat shalat lima waktu Anda meningkat?
b) Apakah grafik shalat tahajud dan shalat sunah lain Anda meningkat?
c) Apakah puasa sunah Anda semakin rajin?
d) Apakah kebiasaan tilawatil Qur’an anda masih bertahan?
e) Apakah silaturahmi Anda kepada saudara semakin bali?
f) Semakin banyakkah buku agama yang Anda baca pekan ini?
g) Apakah teman-teman dekat Anda menilai bahwa Anda pekan ini menjadi orang yang lebih baik?
h) Apakah yang Anda sebut adalah nama Allah ketika Anda terjatuh, mendapat kabar gembira, ketakutan, atau terkejut?
i) Masih sukakah Anda berdoa sebelum dan setelah makan, tidur, bepergian, bekerja, dan aktivitas kebaikan lain?
Dan sebagainya. Semakin banyak jawaban “ya”, semakin sehat rohani Anda. Tetapi, ini pengukuran yang sangat sederhana. Allah mengetahui apa yang ada dalam hati Anda.
2). Menjamin kesehatan fisik Anda.
Sebaiknya Ibu telah mengetahui bahwa kehamilan dengan kondisi fisik tidak ideal akan memberikan peluang munculnya berbagai masalah. Cara paling aman dan memuaskan untuk mengukur kesehatan fisik adalah dengan melakukan general check up. Namun, mungkin Anda belum punya waktu khusus ke pusat medis untuk melakukannya. Sebagai gambaran awal, Anda bisa memeriksa sendiri dengan sederhana seperti mengukur kesehatan rohani. Check list berikut ini mungkin dapat membantu
a) Timbanglah berat dan tinggi badan Anda. Apakah Anda memiliki status gizi yang baik?
b) Ukurlah Lingkar Lengan Atas (LILA), apakah dalam batas normal?
c) Apakah pola makan dan asupan gizi Anda pekan ini membaik?
d) Apakah frekuensi sakit Anda tahun ini menurun?
e) Adakah bagian panca indera, reproduksi, dan organ lain yang terkena gangguan?
f) Apakah waktu istirahat Anda semakin efektif pekan ini?
g) Apakah vitalitas Anda semakin baik dalam setiap aktivitas?
Semakin banyak jawaban “ya”, peluang Anda sehat semakin besar. Namun, jika terdapat beberapa jawaban “tidak”, tidak berarti Anda belum mampu menikah. Anda tetap mampu, tetapi harus dengan persiapan lebih, yaitu mengantisipasi kemungkinan buruk yang berpeluang terjadi. Misalnya berat badah tidak ideal, kegemukan atau kekurusan (KEK/Kurang Energi Kronik) sama-sama berpeluang menjadi penyebab munculnya masalah ketika hamil dan melahirkan, bahkan saat menyusui nanti. Ikhtiar Anda adalah melakukan latihan untuk mengidealkan berat badan jika mungkin, atau terus menikah dengan menyiapkan kemungkinan masalah medis yang akan muncul, misalnya siap mental dan materi jika harus operasi sesar.
Bagaimana cara mengukur status gizi dan LILA? Berikut mungkin bisa membantu Anda.
a) IMT
IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui status gizi orang dewasa. Rumus IMT adalah sebagai berikut:
IMT = berat badan / Tinggi badan dalam kuadrat (m2)
Klasifikasi IMT orang dewasa berdasarkan WHO(1998) adalah.
Kategori BMI (Kg/m2) Resiko
Underweigt < 18.5 resiko terhadap masalah klinis selain penyakit kegemukan meningkat Batas normal 18.5 - 24.9 Overweight 25 - 29.9 Resiko terkena penyakit akibat kegemukan meningkat Obese I 30 - 34.9 Sedang Obese II 35 - 39.9 Berbahaya Obese III > 40 Sangat berbahaya
b) Lingkar Lengan Atas (LILA) penting karena:
- Cara untuk mengetahui keadaan gizi WUS (wanita usia subur).
- Jika hasil pengukuran didapat kurang dari 23,5 cm maka ibu tergolong sangat kurus (menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK).
Cara mengukur LILA (perhatikan gambar):
1. Menetapkan letak bahu dan siku lengan
2. Mencari titik tengah lengan atas dengan cara mengukur seluruh panjang lengan (dari bahu sampai siku) kemudian dibagi dua, beri tanda.
3. Lingkarkan meteran tepat pada titik tengah lengan
4. setelah langkah 3, sekarang hitung berapa lingkar lengan anda. Semoga tidak kurang dari 23,5 cm.
3) Mengukur kekuatan materi dan masa depan.
Kami tidak pernah setuju dengan pola hidup materialistik. Tetapi, kami sangat menekankan pentingnya perencanaan, termasuk materi.
a) Pastikanlah Anda telah mengetahui bahwa calon suami Anda telah berpenghasilan.
b) Jika suami Anda belum berpenghasilan, pastikan ia telah memulai rencana konkret untuk mencari nafkah.
c) Jika Anda masih ragu-ragu dengan prospek rencana calon suami Anda, sedangkan Anda hampir pasti akan menikah dengannya, periksalah rekening bank Anda, berapakah jumlah saldo yang tersisa? Pastikan tabungan Anda cukup untuk persiapan kehamilan dan persalinan nanti.
d) Jika sampai point ‘c’ keinginan Anda belum terpenuhi sedangkan anda pasti menikah dengan calon pasangan Anda itu (karena Anda terpesona agamanya, karena orang tua terlanjur merestui, karena Anda sangat mencintainya dll), siapkanlah antisipasi jika kemungkinan terburuk terjadi. Antisipasi ini misalnya dengan mendaftar saudara atau teman dekat yang bisa dimintai bantuan pinjaman uang. Tetapi ini adalah cara terakhir.
Kami selalu berdoa kepada setiap pasangan muda semoga poin ‘d’ tidak terjadi.
4) Persiapan mental.
Kesiapan mental kami pisahkan dengan kesiapan rohani. Sebab, tidak semua calon ibu yang siap rohani akan selalu memiliki kesiapan mental. Banyak perempuan “salehah” yang rajin beribadah tetapi menelantarkan kandungannya. Tetap bekerja workaholic dan akhirnya… janinnya gugur. Renungkanlah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini,
a). Apakah Anda siap cuti bahkan mengundurkan diri dari pekerjaan padahal Anda sedang dipromosikan menjadi manajer?
b). Apakah Anda siap mengenakan pakaian dan penampilan yang ‘beda’ (karena hamil) dari biasanya, padahal jadwal presentasi Anda masih padat dan harus tampil menarik?
c). Siapkah Anda meninggalkan kebiasaan makan di warung cepat saji bersama teman-teman dan harus makan di rumah dengan menu sederhana tetapi bergizi?
d). Apakah Anda telah siap dipanggil ‘Ibu’?
e). Apakah Anda siap memberikan penjelasan yang bijak dan ilmiah ketika orangtua atau siapa pun memaksakan mitos seputar pernikahan, kehamilan, sampai merawat anak?
f). Apakah masih ada sisa cinta lain atau dambaan lain selain sosok calon suami Anda?
g). Apakah pernah terlintas dalam pikiran Anda bahwa perceraian adalah solusi yang wajar ketika terjadi ketidak cocokan dengan suami?
h). Dengan menikah, Anda memiliki tiga kelompok keluarga, yaitu keluarga lama (orang tua dan saudara), keluarga yang baru Anda bentuk, dan keluarga mertua. Bagaimana Anda membagi perhatian?
Pernikahan adalah sebuah revolusi. Renungkanlah bahwa Anda akan berubah status. Perubahan ini akan disertai dengan lesakan-lesakan dalam batin. Ini saatnya untuk belajar ikhlas menerima kenyataan dalam setiap kejadian. Mulailah aktif mendengar nasihat dari orang-orang berilmu yang Anda percayai.
5). Memetakan nasab dan genetika.
Apakah menelusuri keturunan adalah perbuatan konservatif yang berbau rasis dan diskrimatif? Menurut kami tidak.
Beberapa kemungkinan buruk yang akan menurun secara genetika antara lain:
a). Buta warna;
b). Hipertensi;
c). Diabetes;
d). Bayi kembar.
Apabila orang tua, nenek atau kekek Anda memiliki risiko seperti di atas, sedangkan calon suami juga sama, maka peluang munculnya risiko pada keturunan Anda akan semakin besar. Kami tidak menganjurkan Anda putus hubungan dan membatalkan pernikahan hanya gara-gara faktor resiko di atas. Yang kami inginkan adalah Anda tetap maju dengan mempersiapkan untuk hidup sehat dan selalu waspada. Sebab gaya hidup sehat adalah salah satu cara untuk memperkecil munculnya risiko.
6). Motivasi menikah.
Terakhir, menanyakan pada diri sendiri, “Mengapa Aku menikah?” Urungkan niat jika Anda hanya bisa menjawab, “Pengen saja,” atau “Karena mencintainya,” “Karena sudah cukup umur” apalagi “Karena ia terlanjur melamarku.” Itu jawaban yang tidak visioner. Anda harus mampu menjelaskan tujuan Anda menikah dan apa yang akan Anda lakukan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karenanya, Anda juga telah menuliskan sederetan daftar kebutuhan dan siap mencoretnya satu persatu.
Jadi, bila kami bertanya, “Mengapa Anda menikah?” maka, jawablah: “Karena saya sudah siap!”
Sudah siap? Terimalah pinangan calon suami Anda.
Source : http://artikelterbaru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar