Jika kita ingin menjadi orang mulia, maka jangan marah. Kita ingin menjadi ahli surga, salah satu kuncinya adalah jangan marah. Dan jika kita adalah seorang pemimpin, maka kita jangan mudah marah, karena pemimpin pemarah itu tidak akan bisa sukses.
Jangan lihat orang lain itu pemarah atau tidak, tapi lihatlah diri sendiri, apakah kita ini termasuk seorang pemarah atau bukan? Jika ada orang suka marah-marah karena posisinya di kantor sebagai atasan, maka kita perlu memahami mengapa dia berbuat begitu. Mungkin saja ada rasa percaya diri berlebihan saat dia menjadi atasan atau mungkin dia belum pernah sekali pun menjadi bawahan.
Itulah resikonya jika kita memiliki rasa percaya diri berlebihan. Hasilnya, teman-teman sekantor merasa tidak nyaman berada di dekat kita, orang lain banyak yang terluka, anak-anak jadi enggan bertemu bapaknya, istri jadi serba salah, dan yang paling repot adalah tidak sesuainya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukannya.
Seorang suami pemarah akan merusak suasana rumah tangganya. Istri tertekan, anak-anak pun menjadi korban yang pada akhirnya bersikap apatis dan lebih parah lagi adalah depresi. Dan biasanya yang menjadi sasaran kemarahan suami yang pengecut adalah istri dan anak-anaknya. Berarti, suami telah berbuat perilaku zhalim dalam menjalankan bahtera rumah tangga.
Rasulullah bukanlah seorang pemarah. Rasulullah dicintai keluarga, sahabat, dan umatnya karena kemuliaan beliau. Beliau adalah lelaki yang lembut, penuh kasih sayang. Hubungan beliau dengan sesama dijalin atas dasar keimanan dan kasih sayang. Tidak ada satu masalah pun yang tidak bisa diselesaikan dengan cara baik-baik dan kepala dingin. Beliau mendahulukan kearifan bukan kemarahan.
Seorang pedagang yang emosional akan ditinggalkan pembeli dan banyak rugi karena keputusan bisnis diambil dalam kondisi emosional dan tidak menggunakan logika. Jika demikian, saat terjadi suatu kesalahan, maka dia akan mencari seseorang yang dapat dijadikan sebagai kambing hitam. Dia akan menyalahkan orang lain.
Oleh karena itu, program manajemen diri yang penting bagi orang-orang yang ingin sukses adalah kendalikan rasa marah. Seorang suami ingin mewujudkan cita-citanya yang luhur yaitu membangun keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, maka kendalikanlah rasa marah yang ada dalam dirinya. Seorang pemimpin ingin agar hubungannya dengan masyarakat berjalan harmonis, maka hindarilah amarah. Seorang anak ingin sukses dalam perjalanan pendidikan dan disayangi orang tuanya, maka hadapilah hidup dengan ketaatan dan menghindari amarah.
Bagaimana cara mengendalikan marah?
Pertama, kita harus menanamkan tekad dalam diri misalnya dengan ungkapan, “Hari ini saya tidak boleh marah!” Dan itu bukan hanya menjadi omongan saja, tapi sekuat tenaga berusaha dijalani dengan konsisten. Kita harus membuat target dalam program ini. Itu menjadi bukti bahwa kita bersungguh-sungguh berjuang agar tidak menjadi pemarah.
“Hari ini dari Shubuh sampai Zhuhur, saya bertekad sekuat tenaga untuk tidak marah!” Kemudian, “Saya bertekad untuk tidak marah dari Zhuhur sampai Ashar, Ashar sampai Maghrib, Maghrib sampai Isya, dan Isya sampai Shubuh!” Demikianlah seterusnya, program harian menjadi mingguan, mingguan menjadi bulanan, dan pada akhirnya raport kita selama setahun bersih dari amarah. Hebat sekali bila bisa seperti itu. Umumnya kita hanya bisa berharap, tapi kenyataan tidak seperti itu.
Semakin pendek program pelatihan yang kita jalani, maka hal itu menunjukkan makin bagusnya prestasi kita dalam program ini. Kalaupun ada sesuatu yang menyebalkan, maka tahan sekuat-kuatnya agar jangan sampai keluar kata-kata yang tidak terpuji. Sebab, sekali saja kita bunyi, maka secara berseri akan terus keluar kata-kata yang tidak sesuai dengan kepribadian seseorang yang mulia.
Kalaupun kita ada dalam kondisi marah, maka palingkanlah muka kita dari kemarahan itu. Jika saat marah itu posisi kita sedang berdiri, maka duduklah. Dan jika lain. Kesuksesan hanyalah milik orang-orang yang bersungguh-sungguh berjuang mengendalikan diri.
Source : http://artikelterbaru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar