Club Cooee

Selasa, 09 Agustus 2011

Inovasi Finansial

Tentu saja, kemajuan di bidang teknologi dan sistem informasi serta berkembangnya produk-produk di pasar derivatif memberi kesempatan pada semakin banyak orang untuk menikmati hasil. Namun, bukan berarti bahwa inovasi finansial merupakan bagian dari creative destruction sebagaimana dipahami oleh Schumpeter.

Meski Schumpeter mengakui peran keuangan dalam siklus ekonomi, tetapi fokus utamanya tetap pada sektor produktif. Inovasi menurut Schumpeter adalah kegiatan yang: 1) menghasilkan produk baru atau kualitas yang lebih baik, 2) metode baru dalam proses produktif, 3) pembukaan pasar yang baru, 4) pengembangan bahan baku, 5) sistem pengorganisasian baru.

Dari definisi inovasi menurut Schumpeter ini, tampak jelas bahwa inovasi finansial di pasar derivatif sama sekali bukanlah fokus penting dalam analisis Schumpeter. Mengapa? Karena pada dasarnya, sumber-sumber pembiayaan tradisional saja sudah mencukupi kebutuhan untuk melakukan inovasi produksi. Jika diletakkan dalam konteks kontemporer, Schumpeter akan berpendapat bahwa inovasi produk finansial hanya akan mendorong spekulasi, dan bukan kegiatan produksi.

Schumpeter menaruh perhatian pada dua agen ekonomi. Pertama adalah entrepreneur yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk melakukan inovasi. Kedua, perbankan yang berfungsi menjamin agar proses inovasi bisa terjadi dengan baik. Jadi, bank berperan untuk menciptakan kredit bagi para entrepreneur, sehingga perbankan disebut oleh Schumpeter sebagai ‘the monetary complement of innovations’ mempercepat gerakan menuju pada resesi. Inilah yang dinamakan situasi yang prosiklus (procyclical condition). Pemikiran Schumpeter ini sangat relevan untuk melihat kondisi terkini mengenai krisis ekonomi. Resesi ekonomi diawali oleh perilaku spekulatif, lalu diikuti dengan berhentinya sektor produksi atau tidak tersalurkannya kredit pada investasi produktif.

Seorang pengusaha berhasil melakukan inovasi pada tahap pertama, maka kecenderungannya dia akan jatuh pada tahap berikutnya, yaitu spekulasi. Jika dia sukses di tahap pertama, maka dia akan memiliki kecenderungan “psikologis” menjadi eksesif dan spekulatif dalam banyak hal. Seorang individu yang mendapatkan tambahan penghasilan, pengeluarannya untuk konsumsi cenderung akan meningkat. Begitu juga dengan perilaku investasi. Jika investasi yang lalu dianggap sukses, maka dia akan cenderung meningkatkan harapannya terhadap perilaku investasi yang berikutnya. Sehingga, kecenderungannya si pengusaha menjadi lebih spekulatif dalam memproyeksikan bisnisnya. Jika proyeksinya keliru, maka dia akan mengalami kebangkrutan. Karena bangkrut, dia tidak bisa membayar utangnya di bank.

Jika perilaku spekulatif dari si pengusaha bertemu dengan sikap spekulatif pengelola bank, maka ekonomi cenderung akan tumbuh dengan kosong. Siklus ekonomi akan mengalami masa menggelembung (boom), tetapi kemudian pecah (burst) dan mengalami resesi. Demikianlah sumbangan perilaku spekulatif, baik dari sisi pengusaha maupun sisi pengelola bank, yang menyebabkan perekonomian menjadi riskan terhadap krisis dan instabilitas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget