Club Cooee

Kamis, 11 Agustus 2011

Alergi Susu

Walaupun teman akan senang menyalahkan alergi susu, dan para ibu cenderung menerima alasan lain di luar dirinya sendiri sebagai penyebab menangisnya bayi, para dokter tidak akan cepat menerima begitu saja.

Alergi susu adalah alergi makanan yang paling sering terjadi pada bayi, tetapi lebih jarang terjadi daripada yang diduga oleh banyak orang. Umumnya dokter menganggap kecil kemungkinan bayi akan alergi jika orangtuanya tidak mempunyai alergi, dan jika gejalanya hanya menangis. Seorang bayi yang alergi berat terhadap susu biasanya akan sering muntah dan tinjanya encer, berair, mungkin ada bercak darahnya. (Penting sekali untuk segera menemukan penyebab gejala seperti ini, karena dapat menjurus ke dehidrasi dan ketidak-seimbangan kimiawi yang serius.)

Reaksi alergi yang lebih ringan antara lain kadang-kadang muntah dan tinja yang encer dan berlendir. Beberapa bayi yang alergi terhadap susu juga bisa mengalami eksim, bersin, hidungnya berdesis, dan/atau adanya pengeluaran dari hidung atau hidung tersumbat, ketika berkontak dengan protein susu.

Sayangnya, tidak ada tes sederhana yang cukup akurat untuk menentukan hipersensitifitas atau alergi terhadap susu, kecuali dengan mencoba sendiri. Jika anda menduga adanya alergi susu, diskusikan kemungkinan ini dengan dokter bayi sebelum anda mengambil tindakan. Jika tidak ada riwayat alergi pada keluarga dan tidak ada gejala lain selain menangis, maka kemungkinan besar dokter akan menganggap tangisan bayi anda sebagai kolik yang biasa.

Bila ada riwayat alergi pada keluarga atau terdapat gejala lain selain menangis, mungkin akan dianjurkan perubahan sementara dari susu formula ke susu lain yang sudah dihidrolisa (di mana protein sudah dipecah atau sudah ‘dicerna’ terlebih dahulu). Bila tingkah laku kolik segera membaik dan gejala-gejala lain, jika ada, juga menghilang, baru diduga adanya alergi susu atau bisa saja hanya suatu kebetulan. Untuk lebih memastikan diagnosa, berikan kembali susu formula semula, jika gejala menjadi timbul kembali, maka diagnosa alergi susu menjadi lebih pasti.

Pada banyak kasus, tidak terjadi perubahan setelah bayi diberi susu kedelai. Ini dapat berati bahwa ia juga alergi terhadap kedelai, atau mempunyai masalah medis yang tidak ada hubungannya dengan susu sehingga perlu diagnosa lebih lanjut, atau hanya karena sistem pencernaannya yang belum sempurna. Jika bayi alergi terhadap susu maupun kedelai, bisa dicoba pemberian formula yang sudah dihidrolisa. Pada beberapa kasus dianjurkan pemberian susu kambing, tetapi sebaiknya carilah yang sudah diperkaya dengan vitamin karena susu ini kurang mengandung asam folik.

Sangat jarang terjadi, masalahnya adalah kekurangan ensim, bayi tidak dapat membentuk laktase, yaitu ensim yang diperlukan untuk mencerna karbohidrat susu atau laktosa. Anak seperti ini mengalami diare sejak awal dan berat tubuhnya tidak dapat naik. Untuk menghadapi masalah ini, bayi dapat diberi formula yang tidak atau hanya sedikit mengandung laktosa. Tidak seperti ketidak tahanan terhadap laktosa sementara yang kadang-kadang terjadi ketika usus terkena kuman tertentu, kekurangan ensim laktase sejak lahir ini biasanya menetap. Bayi yang mengalami hal ini mungkin tidak akan pernah dapat menerima produk-produk susu biasa namun dapat menerima produk susu yang laktosanya sudah dikurangi.

Bila masalahnya tidak disebabkan karena alergi susu atau kekurangan ensim, anda mungkin perlu kembali ke susu sapi, karena susu ini adalah pengganti susu ibu yang lebih baik.

Alergi bayi terhadap susu sapi biasanya menghilang pada akhir tahun pertama, paling lambat pada akhir tahun kedua. Bila pemberian susu sapi pada bayi anda dihentikan, dokter biasanya akan menganjurkan untuk mencoba memberikannya kembali setelah enam bulan, atau menunggu sampai ulang tahunnya yang pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget