Club Cooee

Jumat, 28 Oktober 2011

Tuhan Menyapa Kita

Peristiwa dahsyat ini telah mengajak kita untuk merenungkan kembali makna kenikmatan dunia, kematian, hari kiamat, dan bagaimana kita mesti bersikap terhadap Tuhan masalah-masalah yang mungkin sebelumnya tidak menarik untuk diperbincangkan. Gempa telah menyentakkan dada kita dalam hitungan detik; dan Tuhan dengan sangat gampang mengubah apa yang ada di dunia ini, apa yang kita miliki. Sungguh Dia Maha Berkehendak.

Banyak kisah memilukan mengiringi peristiwa gempa. Seorang teman yang baru menempati rumahnya senilai Rp1,5 miliar tak kuasa menahan air mata ketika rumah itu roboh dalam hitungan detik. Seorang mahasiswa yang pagi itu akan merayakan wisuda harus berdukacita karena adiknya yang tiba di Yogyakarta untuk memberi selamat malah meninggal dunia tertimpa reruntuhan tembok. Begitu banyak kisah lain yang menyedihkan.

Saya teringat sehari sebelum peristiwa gempa. Waktu itu, Kamis malam, saya mengisi pengajian ibu-ibu di Masjid Nurul Falah di kampung saya. Seperti biasa, karena pesertanya lebih banyak ibu-ibu yang berusia 50-an tahun ke atas, saya menyampaikan tema-tema tentang akhlak dan cara mempersiapkan diri untuk menjemput kemati-an meski saya sadar tema ini tidak khusus untuk manula. Siangnya, kebetulan saya mengisi khutbah di masjid yang sama. Tema yang saya sampaikan saat itu juga tentang makna hidup dan harta di dunia. Saya bercerita bahwa kebanyakan orang keliru memandang hidup karena tertipu oleh kenikmatannya yang memesona.

Saya tersentak ketika tema-tema itu tiba-tiba terajut dalam peristiwa gempa, sehari kemudian. Orang-orang yang sombong sontak menjadi kecil; orang-orang kaya tiba-tiba harus hidup di tenda pengungsian; dan yang berlagak jago tak berdaya ditimpa reruntuhan tembok rumahnya sendiri. Bahkan, seorang sarjana nuklir yang paham betul tentang tsunami ikut lari terbirit-birit ketika mendengar isu tsunami. Orang pun tersadar, apalah arti sebuah kekayaan dan kemewahan dunia pada saat kematian telah menjemput. Kematian pun datang tanpa pilih kasih dan tak bisa ditunda.

Ini yang terjadi baru gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter. Lantas, bagaimana kelak bila kiamat tiba? Bila saat gempa terjadi kita masih sempat menyelamatkan diri, bagaimana saat hari kiamat? Bulu kuduk saya merinding. Saya teringat firman Allah Swt. dalam Surah Al-Qiydmah (75). Begitu pentingnya hari kiamat, Allah Swt. menurunkan surah khusus yang diberi nama Al-Qiyämah: Hari Kiamat. Pada ayat yang ke-6-12, Allah Swt. mengilustrasikan orang-orang yang meragukan adanya hari kiamat,

la bertanya: “Bilakah hari kiamat itu?” Maka apabila mata terbelalak, dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke mana termpat berlari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.

Pada hari itu, tidak ada lagi tempat untuk berlari, ternmpat berbagi. Semua orang mengurusi diri sendiri. Mengapa? Surah Al-Mulk (67): 16-17 memberi penjelasan:

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersamamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi berguncang? Atau apakah kamu akan merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirim badai berbatu? Maka, kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.

Bumi dibombardir oleh jutaan bebatuan angkasa. Akibatnya, bumi berguncang dan jungkir balik. Sangat dahsyat Al-Quran menggambarkan tentang peristiwa Hari Kiamat.

Berita tentang kedahsyatan hari kiamat yang diinformasikan Al-Quran ini ternyata dibenarkan oleh ilmu astronomi. Seorang ilmuwan Belanda memperkirakan bahwa dalam rentang ribuan tahun lagi, bumi ini akan memasuki suatu wilayah berkabut di luar tata surya yang berisi jutaan batu meteor. Wilayah yang sangat luas itu diberi nama Kabut Oort, sesuai dengan nama penemunya. Konon, hal ini telah pernah terjadi pada zaman Dinosaurus.

Lalu, apa yang terjadi bila bumi masuk ke dalam kabut berbatu tersebut? Bumi akan dibombardir oleh jutaan batu meteor dari angkasa luar. Dan, akibatnya tentu sangat mengerikan.

Agus Mustofa memberikan satu ilustrasi untuk menjelaskan peristiwa itu. Bila ada satu buah batu meteor sebesar 1 kilometer jatuh ke bumi, akan muncul lima efek yang dahsyat. Pertama, batu tersebut akan terbakar ketika memasuki atmosfer bumi akibat gesekan yang sangat keras antara atmosfer dan batu meteor tersebut. Batu tersebut terbakar dan melaju cepat menuju permukaan bumi seperti bola api. Lalu, muncullah lintasan api yang sangat panjang di langit hingga udara yang dilewatinya akan ikut terbakar dan menimbulkan panas ribuan derajat.

Kedua, akibat desakan udara yang sangat panjang, akan muncul badai di sepanjang lintasan batu meteor tersebut. Badai itu sangat kencang disebabkan oleh massa udara yang terdesak oleh batu sebesar 1 km itu. Bayangkan, bila Anda di jalan raya dan ada bus menyalip dengan kencang, Anda akan merasakan betapa kencang angin yang dihasilkan. Apalagi batu yang besar dengan kecepatan yang lebih kencang. Tentu hal itu akan melahirkan badai yang mampu merobohkan bangunan-bangunan yang dilewatinya.

Ketiga, langit akan menjadi gelap disebabkan oleh abu meteor yang bertaburan memenuhi angkasa. Diperkirakan separuh dari massa batu meteor tersebut akan terbakar dan menjadi abu. Abu itu pun berhamburan di udara yang dilewatinya, lalu menyebar ke mana-mana karena ditiup angin dan pergerakan atmosfer. Kita masih ingat ketika Gunung Krakatau meletus, abunya menyebar sampai ke Benua Eropa dan Amerika yang jaraknya ribuan kilometer dari lokasi letusannya.

Keempat, karena material meteor yang terbakar di angkasa hanya separuh, separuhnya lagi meluncur dan menghantam permukaan bumi. Ketika jatuh di daratan, meteor itu akan menyebabkan gempa bumi yang sangat dahsyat, di atas 8 skala Richter. Maka, gedung-gedung mewah dan kokoh akan hancur berantakan disebabkan oleh gempa. Bukan hanya itu, akan terjadi gelombang di permukaan tanah akibat hantaman meteor itu. Kita tahu bahwa bumi ini memiliki lapisan paling luar yang berada di permukaan. Ketika dihantam batu meteor, lapisan itu akan bergelombang seperti permukaan air laut. Nah, tentu segala benda yang ada di atasnya akan berhamburan.

Kelima, setelah menghantam permukaan bumi, gerakan meteor tersebut juga mampu menghantam pusat magma bumi. Akibatnya, magma di dalam perut bumi akan terdesak oleh material yang sangat besar tersebut, dan kemudian dimuntahkan lewat gunung-gunung berapi terdekat. Kemudian, jika jatuh di tengah laut, batu meteor itu akan melahirkan gelombang tsunami yang hebat. Gelombang tsunami tersebut lalu bergerak ke daratan dan menyapu pantai hingga beberapa kilometer.

Gambaran di atas mengandaikan hanya satu meteor yang besarnya satu kilometer. Padahal, dalam Kabut Oort tersebut berisi jutaan meteor yang besarnya sangat beragam. Maka, bumi pun akan dipenuhi dengan hujan batu. Kedahsyatan inilah yang digambarkan Al-Quran dalam ayat-ayat berikut:

Ketika langit terbelah, dan ketika bintang-bintang jatuh berserakan. Dan ketika lautan diluapkan. (QS Al-Infithar [82]: 1-3)

Ketika bumi berguncang seguncang-guncangnya, dan bumi mengeluarkan beban berat (isi perut) yang dikandungnya. Dan manusia bertanya: kenapa bumi ini? (QS Al-Zalzalah [99]: 1-3)

Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (QS Al-Qári’ah [101]: 4-5)

Ayat-ayat di atas menggambarkan betapa bumi dibombardir oleh jutaan meteor pijar yang mengeluarkan sinar seperti bintang. Jumlahnya yang banyak membuat atmosfer bumi seperti terbelah-belah. Daya luncurnya yang kuat dan materialnya yang besar menghasilkan energi hantaman yang besar pula sehingga lautan menjadi meluap-luap, bumi mengeluarkan isi perutnya ke segala penjuru, rekahan tanah terjadi di mana-mana, miliaran manusia terlontar ke angkasa seperti kupu-kupu beterbangan.

Kenapa bumi ini? Begitulah pertanyaan manusia yang dilukiskan Al-Quran. Ilmu pengetahuan telah menjawabnya. Kita ini berada di planet bumi yang sedang bergerak dengan kecepatan 1.669 km/jam. Ketika bumi kita bertabrakan dengan batu angkasa yang sangat besar ukurannya, peristiwa itu akan melahirkan daya pental dahsyat yang menyebabkan segala isi yang ada di dalamnya terpental, berhamburan. Lalu, seluruh penghuninya akan berhamburan ke langit dengan kecepatan 1.669 km/jam sehingga semuanya hancur berantakan. Coba bayangkan, bila Anda naik mobil dengan kecepatan 100 km/ jam, lalu dengan mendadak Anda hentikan, pasti Anda terpental sekuat dengan kecepatan laju mobil tersebut. Nah, jika kecepatan laju bumi adalah 1.669 km/jam, Anda bisa membayangkan sendiri apa yang terjadi setelah tabrakan itu.

Peristiwa itu juga memungkinkan bumi yang terikat dengan gaya gravitasi antar benda-benda langit jungkir balik dan bahkan terlepas atau keluar dari garis orbitnya. Kutub utara bisa terjungkir menjadi kutub selatan, dan arah rotasi bumi bisa berlawanan, dari timur ke barat, sehingga matahari terlihat terbit dari barat.

Penjelasan di atas perlu saya sampaikan di sini. Sebab, begitu banyak orang enggan membangun keinsafan diri untuk beribadah dan taat kepada Allah Swt. Mereka enggan mempersiapkan diri untuk menjemput kematian dengan amal-amal kebajikan. Sebaliknya, mereka justru bangga dan memamerkan kemaksiatan. Peristiwa gempa bumi di Yogyakarta dan daerah-daerah di sekitarnya, atau juga peristiwa alam yang lain, seperti tsunami di Aceh, banjir dan tanah longsor di beberapa kota di Indonesia mestinya menjadi cermin bagi kehidupan kita untuk melihat wajah kemanusiaan kita sendiri. Peristiwa alam bukanlah an sich peristiwa kealaman. Ia bisa jadi sapaan Tuhan kepada umat manusia. Lewat alam, Allah Swt. sedang berbicara kepada kita. Maka, tangkaplah pesan-pesan spiritualnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget