Club Cooee

Rabu, 19 Oktober 2011

Berbisnis Barang Seken


Berbisnis Barang seken vs. Barang Baru

“Ih, ngapain sih pakai barang bekas orang?”,”Malu deh gue kalo ketauan pake barang seken!” Seberapa sering Anda mendengar pernyataan tersebut? Cukup sering mungkin. Namun, di saat krisis seperti ini, di saat orang ingin tampil dan memiliki barang-barang tertentu yang menjadi impiannya, kata-kata tersebut sudah minim digunakan. Orang-orang pun tidak malu lagi menggunakan barang seken atau barang bekas orang lain. Biasanya, pertukaran barang seken diadakan antar anggota keluarga atau sahabat, entah pertukaran alat elektronik, pakaian, sepatu, tas, dan barang lain dalam kondisi bagus dan masih dapat digunakan. Melihat peluang seperti itu, beberapa orang pun mulai menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Inilah yang kemudian memberikan inspirasi bagi beberapa orang untuk berbisnis barang seken.

Lihatlah, persaingan usaha saat ini sudah begitu sesak. Jika tidak kreatif dan inovatif dalam memilih dan menjalankan usaha, Anda akan tertinggal oleh yang lain. Walaupun semua orang tahu, usaha apa pun jika dijalani dengan serius akan tetap berhasil. Seperti itulah juga berbisnis barang seken. Anda tidak perlu mengerutkan dahi memikirkan mengapa harus barang seken karena barang seken memiliki ciri khas tersendiri dalam menjalankan bisnisnya. Mengapa seperti itu? Kebutuhan masyarakat akan barang-barang seken cukup tinggi karena harga jual barang-barang seken jauh di bawah harga barang baru. Bahkan untuk beberapa barang, kualitasnya pun tidak kalah dengan yang baru. Jadi, selain modal yang diperlukan relatif minim, pengelolaannya pun sangat sederhana dan mudah dipelajari.

Mengapa peminat suatu barang seken jauh lebih penting daripada peminat barang baru yang berkelas? Anda akan mengetahuinya kalau Anda memahami prinsip long tail yang ditawarkan oleh Chris Anderson. Prinsip long tail sebenarnya hanya terdiri atas dua faktor penting, yaitu mengusahakan segala sesuatu tersedia dan bagaimana Anda bisa membantu seseorang untuk mencarinya. Prinsip long tail juga menunjukkan bahwa produk-produk yang berada pada urutan ke-100 lebih bukan berarti tidak laku. Ada banyak bisnis yang sukses dengan mengangkat barang bekas sebagai produk mama. Google dan Ebay, perusahaan ini sangat terkenal sehingga mendapat pemasukan terbesar tiap bulannya jika dibandingkan dengan situs lainnya. Keuntungan Google adalah dengan menerima pemasang¬pemasang iklan kecil, sedangkan keuntungan Ebay adalah dengan menerima barang-barang bekas dari seluruh dunia. Ada juga Netflix yang merupakan perusahaan penyewaan film on-line. Kini, Netflix telah menyediakan sebanyak 55.000 film. Tiap bulan, pelanggannya telah menyewa sebanyak 7 film (ingat, ini per orang!) dan jumlah ini terus bertambah. Bandingkan dengan banyaknya seseorang menonton di bioskop yang rata-rata hanya 1-2 kali dalam sebulan dan jumlah ini tidak menutup kemungkinan akan semakin menurun kalau tidak dikatakan tetap.

Jika melihat kondisi di pasar saat ini, Anda akan banyak menemukan sentra jual-beli barang bekas. Bahkan, tempat-tempat tersebut sudah tidak terkesan lusuh dan kuno. Beberapa jalan/kawasan di Bandung, misalnya, sangat terkenal dengan kawasan barang bekas, seperti Cihapit, Tegallega, Cimol, Cikapundung, dan Jalan Karapitan. Citra barang bekas yang lusuh kini berubah menjadi barang yang justru menjadi incaran masyarakat. Tidak jarang, gerai-gerai barang bekas disesaki oleh. masyarakat dengan rupa-rupa kebutuhan, mulai dari dompet hingga furnitur, mulai dari pengguna hingga kolektor, mulai dari alasan murah hingga karena dinilai antik. Semuanya menawarkan hal yang sama, yaitu barang bekas masih memiliki nilai jual, yang membuat pelaku bisnisnya tidak hanya bisa melanjutkan hidup, tetapi juga menjadi sukses.

Selain membeli, banyak juga masyarakat yang menjual barang-barang milik mereka yang dianggap sudah tidak mengikuti tren atau karena alasan ekonomi. Akan tetapi, apa pun alasannya, barang bekas semakin diminati. Beragam alasan itulah yang memulai pergerakan usaha barang bekas dan banyak orang yang mulai melirik usaha ini secara serius.

Begitu menariknya berbisnis barang seken. Semakin banyaknya konsumen yang berminat terhadap barang bekas sudah banyak tentu akan mengurangi produksi barang baru, baik itu busana, elektronik, dan sebagainya. Pengurangan produksi akan dapat mengurangi keperluan bahan mentah yang sebagian besar berasal dari alam sehingga juga menghemat biaya. Selain itu, kita pun akan lebih peduli dengan lingkungan. Beban tanah terhadap sampah yang tidak bisa diuraikan akan semakin berkurang dan mampu menjaga keselamatan lingkungan. Sesuai dengan slogan kita bersama untuk Save The World, Go Green, dan lain-lain. Namun, sebelum kita membicarakan tentang peluang usahanya, alangkah lebih baiknya jika kita mengetahui jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan barang-barang seken. Ketiga kegiatan tersebut meliputi mengurangi sampah (reduce), mendaur ulang (recycle), dan memakai kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget