Club Cooee

Senin, 31 Oktober 2011

Pemanggilan seluruh umat untuk ditanyai

Pertanyaan pertama dari Allah SWT kepada para makhluk—ketika mereka berada pada satu tempat yang tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah SWT adalah tentang pengesaan terhadap-Nya dan kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Kemudian, Allah SWT memanggil dengan panggilan yang dapat didengar oleh semua makhluk, dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka. Lalu, Dia bertanya kepada mereka tentang iman kepada Allah dan kepada para nabi yang diutus kepada mereka.

Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, dan berfirman, “Apakah jawabanmu terhadap para rasul?” Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karna itu mereka tidak saling bertanya. (QS Al-Qashash: 65-66)

Ini merupakan pertanyaan umum, bukan tertuju pada suatu umat secara khusus. “Jawab (pertanyaan)-ku! Apa yang kalian lakukan dengan nabi-nabi kalian yang telah aku utus kepada kalian? Dan apakah kalian telah menjawab seruan mereka?”Allah SWT lebih mengetahui tentang apa yang telah dilakukan umat-umat tersebut kepada nabi-nabi mereka.

Al-Qur’an telah menjelaskan kepada kita tentang pendirian umat-umat kefir tersebut terhadap nabi-nabi mereka. Allah SWT tidak mendapatkan jawaban karena berita dan penghalang telah membutakan mereka. Maka mereka pun tidak dapat menjawab, tidak dapat beralasan, dan tidak seorang pun dari mereka yang tidak bertanya kepada yang lainnya untuk mendapatkan jawaban. Namun, semua pintu telah tertutup untuk mereka, dan pada diri mereka terdapat penyesalan yang mendalam atas hak-hak Allah yang retail mereka lalaikan, kecuali pada diri umat Nabi Muhammad saw. yang merupakan umat bertauhid yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Situasi ini sedikit mirip dengan situasi seorang kafir di kuburannya ketika dua orang malaikat mendatanginya dan bertanya kepadanya tentang Tuhan, agama, dan nabinya.

Kepada seorang mukmin, Allah SWT memberi kekuatan melalui jawabannya yang mantap, “Tuhanku adalah Allah dan aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Oleh karena itu, orang kafir datang pada hari kiamat dengan tidak memiliki jawaban terhadap apa yang ditanyakan kepadanya.

Tentang keadaan ini, Allah SWT telah berfirman:
Dan barangsiapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar). (QS Al-Isra’ : 72)

Yang dimaksud pada ayat di atas adalah kebutaan mata hati, yaitu orang kafir di dunia tidak dapat melihat bukti-bukti keberadaan, kekuasaan, serta keesaaan Allah SWT karena hati mereka telah buta dari kebenaran dan sesungguhnya Allah dan akhirat itu benar adanya.

Allah SWT berfirman:
Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (QS Al-flajj: 46)

Barangsiapa yang buta mata hatinya ketika di dunia maka di akhirat akan lebih parah kebutaannya. Oleh karena itu, semua umat, kecuali umat Nabi Muhammad saw. dan umat yang beriman, tidak dapat menjawab Tuhan mereka ketika Dia bertanya kepada mereka. Gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling bertanya.
Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, dan berfirman, “Apakah jawabanmu terhadap para rasul?” (QS Al-Qashash: 65)

Situasi ini termasuk di antara keadaan-keadaan yang menakutkan saat para makhluk ada pada posisi pengakuan. Betapa dalamnya rasa sakit yang tertanam pada diri seseorang yang berada pada posisi seperti ini. Manusia dirampas kekuasaannya dan lidah mereka kehilangan kemampuan untuk berbicara dan menjawab. Hal ini disebabkan oleh kekuasaan dari Yang Maha Berkuasa dan daya dari Yang Maha Mengetahui, sebagaimana dijanjikan pada kitab suci-Nya:

Dan barangsiapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar). (QS Al-Isra : 72)

Dan, Allah SWT berfirman:
Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari rasul-rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para rasul, dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami) dan Kami tidak jauh (dari mereka). (QS Al-A `raf 6-7)

Pada ayat suci ini terdapat penguatan dari Allah SWT (karena huruf nun dalam tata bahasa Arab berfungsi sebagai penguat) bahwa Dia akan bertanya kepada orang-orang yang diutus kepada segenap umat manusia. Sebagaimana Dia bertanya kepada para utusan tentang risalah yang mereka bawa pada hari kiamat, Allah SWT akan memberitahukan kepada mereka semua tentang pendirian mereka. Allah tidaklah lalai atau tidak ada di antara mereka tetapi Dia adalah saksi atas mereka di hari mereka dikumpulkan pada hari kiamat. Di dalam pemberitahuan Allah tentang pertanyaan yang akan dilontarkan kepada segenap umat, terdapat peringatan kepada para hamba Allah supaya bersiap-siap memberikan jawaban. Allah SWT akan bertanya kepada segenap umat tentang pendirian mereka tentang para utusan yang diutus kepada mereka. Apakah mereka menjawab seruan para utusan tersebut atau tidak? Dan, apakah mereka patuh kepada para rasul serta beriman pada risalah mereka? Kemudian, bagaimana keadaan mereka bersama para rasul mereka? Dan, pertanyaan yangpaling besar dan yang utama adalah kesaksian akan ketauhidan. Pada hari kiamat tidak ada amal perbuatan, perkataan, dan pekerjaan yang lebih tinggi dari hal tersebut. Pada kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah-lah segala kejadian, amal perbuatan, dan pekerjaan terpusat pada hari kiamat.

Diriwayatkan dari sahabat Anas r.a. dari Nabi saw., bahwa heliau bersabda, “Kalian akan ditanya tentang La ilaha illallah (HR Thrmudzi, Abu Ya’la, dan ibnu Jarir: Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Tarikh-nya dari jalan sanad lain, dari Anas, dengan sanad yang sampai kepada Rasulullah)

Allah SWT berfirman seraya bersumpah bahwa Dia akan bertanya kepada semua makhluk tentang apa yang telah mereka perbuat (di dunia):

Maka demi tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (QS Al-Hijr: 92-93)

Sumpah Allah ini merupakan bentuk penguatan lain dan saksi akan kebenaran pengajuan pertanyaan kepada semua umat manusia pada keadaan yang agung ini. Pada khotbah terakhir beliau, Rasulullah saw. bersabda, “Wahai umat manusia! Kalian akan dipertanyakan tentang aku, maka apa yang kalian lakukan?” Mereka semua serempak menjawab, “Kami bersaksi, wahai Rasulullah, bahwa engkau telah menyampaikan (risalah), menunaikan (amanah) dan telah menasihati (umat).” Lalu, Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, aku telah menyampaikan, Ya Allah, saksikanlah!”

Tidak ada keraguan bahwa para rasul telah menyampaikan risalah Tuhan mereka. Mereka telah menunaikan kewajiban mereka dalam bentuk yang paling sempurna. Mereka telah menasihati umat dengan nasihat yang paling utama, dan Allah SWT mengetahui itu semua. Allah SWT pun telah menjelaskan kepada kita dalam kisah-kisah Al-Qur’an tentang keadaan para kaum tersebut bersama rasul-rasul mereka, seperti kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Rassi, kaum Tubba’, dan kaum Firaun. Namun, pada pengajuan pertanyaan ini terdapat keadilan yang absolut dari Allah SWT. Dia mendatangkan jawaban kerika terjadi pertentangan, perdebatan, dan persaksian, setelah itu Dia menegakkan hujjah (alasan) yang kuat atas orang-orang yang ingkar dan mendustakan para utusan Allah. Tidak ada lagi halangan bagi orang yang berhalangan dan tidak ada alasan bagi orang yang ingkar. Risalah langit telah disampaikan oleh para rasul, mereka telah menegakkan hujjah dan bukti yang kuat dengan jujur dan sebenar-benarnya.

Keadaan ini adalah pengajuan pertanyaan dan penegasan dari semua umat dengan bersamaan—para rasul bersaksi bahwa mereka telah menyampaikan kepada umat mereka dengan penyampaian yang benar sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT. Mereka sedikit pun tidak pernah lalai dalam seruan mereka untuk meng-Esa-kan Allah SWT, beramal saleh, serta memberikan peringatan kepada umat bahwa mereka akan dikumpulkan pada hari kiamat dan tidak ada keraguan di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget