Club Cooee

Senin, 25 Juli 2011

Peran Ayah Dalam Kecerdasan Emosional Anak

ayah-anak-menggambar

Dalam dunia modern ini, peran ayah sebagai kepala keluarga sering terfokus pada usaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, terutama keuangan. Dengan demikian, tak jarang seorang ayah harus membanting tulang mencari nafkah keluarga dan pulang dalam keadaan lelah tanpa memiliki kesempatan banyak untuk berinteraksi dengan istri dan anak-anak. Fenomena ini akan lebih terasa di kota besar dengan tekanan hidup yang lebih tinggi. Belum lagi ditambah kemacetan yang semakin parah membuat seorang ayah banyak kehilangan waktu berharganya untuk berinteraksi dengan anak.

Berdasarkan sebuah penelitian, peran ayah sangat penting dalam membangun kecerdasan emosional anak. Seorang ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pengambil keputusan utama dalam keluarga memiliki posisi penting dalam mendidik anak. Seorang anak yang dibimbing oleh ayah yang peduli, perhatian dan menjaga komunikasi akan cenderung berkembang menjadi anak yang lebih mandiri, kuat, dan memiliki pengendalian emosional yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak memiliki ayah seperti itu.

Hal ini bukan berarti mengabaikan peran sama yang dimiliki oleh seorang ibu. Secara natural biasanya seorang ibu akan terlibat aktif dalam membesarkan anaknya, sedangkan seorang ayah belum tentu mengambil peran yang sama. Posisi ayah biasanya tergantung sejauh mana dia melihat peran pentingnya dan kemudian memutuskan untuk terlibat. Karenanya dalam beberapa penelitian menunjukkan peran ayah memegang kunci yang menentukan bagaimana kondisi anaknya ketika besar nanti.

Dalam masyarakat kita, disadari atau tidak ada semacam perbedaan antara peran ayah dan ibu. Sering kali seorang ayah dipersepi cukup baik jika telah bertanggung jawab untuk pemenuhan urusan keuangan keluarga. Adapun urusan pengasuhan dan pendidikan anak lebih banyak dipegang oleh seorang ibu. Ibulah yang memandikan, mengganti popok, menggendong, atau membujuk ketika anak menangis. Secara umum tugas-tugas tadi dianggap sebagai kewajiban alami seorang ibu. Sedangkan ayah cukup melakukannya sesekali dan itu pun kalau dia punya waktu di tengah kesibukan pekerjaannya. Seorang ayah yang tidak melakukannya masih dianggap wajar saja.

Tak jarang seorang ayah yang kelelahan dan tertekan di pekerjaan malah membawa kemarahan dan ketidaknyamanan bagi anak-anaknya di rumah. Anak yang ingin mengajak bermain dianggap mengganggu istirahat, anak yang ingin dekat secara emosional dianggap terlalu manja, atau anak yang bertanya dijawab seadanya sehingga akhirnya akan timbul jarak antara seorang ayah dengan anaknya.
Menciptakan Kedekatan Ayah dan Anak

Menciptakan kedekatan antara seorang ayah dengan anak adalah sebuah investasi yang sangat berharga. Anda akan menyesal jika tidak memulainya sejak awal dan baru merasakan sesuatu yang ganjil ketika anak mulai besar. Hubungan Anda dan anak akan terasa kaku, formal dan berjarak. Hal ini sering terlupakan oleh seorang ayah yang memiliki kesibukan tinggi sehingga baru menyadari ada yang salah antara hubungannya dengan anak setelah beberapa waktu kemudian dan itu mungkin sudah terlambat. Pernahkah Anda mendengar cerita seorang ayah yang sibuk berangkat pagi dan pulang malam, suatu hari pulang lebih awal dan anaknya ketakutan karena merasa ayahnya adalah orang asing yang tidak dikenal?

Peran ayah untuk memenuhi nafkah keluarga adalah pekerjaan mulia. Pekerjaan tersebut dalam banyak hal juga menyita waktu dan energi yang tidak sedikit. Walaupun demikian, bukan berarti menjadi alasan untuk tidak menyediakan waktu yang cukup untuk menjalin kedekatan dan menjadi pelatih emosi bagi anak-anak Anda.

Jika Anda seorang ayah, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menciptakan kedekatan dengan anak sekaligus menjadi pelatih emosi yang baik bagi sang anak.

1. Terlibat dalam pengasuhan dan perawatan anak

Mulailah membiasakan diri untuk berbagi tugas dan terlibat langsung dalam pengasuhan dan perawatan anak. Atur jadwal dengan istri kapan giliran Anda bertugas memandikan anak, mengganti popoknya, membuatkan susu, menemani sang anak ketika sulit tidur, membacakan cerita pengantar sebelum tidur, berdiskusi tentang apa yang dialami sang anak bersama teman-temannya serta menjalin komunikasi untuk membantu sang anak melihat persoalan yang dialaminya. Dengan terlibat langsung dalam pengasuhan dan perawatan, akan terjalin hubungan emosional antara Anda dan anak. Ada kedekatan yang muncul dan sang anak akan bisa merasakan perhatian ayahnya.

Mungkin Anda sudah terlalu lelah ketika pulang kerja. Atau Anda berangkat sangat pagi dan pulang sudah larut malam. Jika demikian situasinya maka carilah momen-momen di mana Anda bisa menjalin kedekatan seperti ketika makan bersama, berkomunikasi ketika mengantar anak ke sekolah, menyediakan waktu di akhir minggu untuk bercengkrama, berdialog dan saling membina kedekatan. Ingat ada hal yang berbeda ketika Anda mengajak jalan-jalan anak di akhir minggu tanpa terlibat secara emosional dibandingkan dengan melakukan aktivitas bersama yang saling mendekatkan satu sama lain.
2. Ikut bermain bersama anak

Adakalanya anak mengajak bermain, maka ikutilah permainannya dengan sepenuh hati. Ada banyak bahasa tak tersurat yang tersampaikan ketika seorang ayah ikut menemani anaknya bermain dan berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi sang anak. Jangan sampai karena kesibukan Anda membuat kegiatan bermain ini dialihkan kepada istri atau malah orang lain seperti baby sitter dan pembantu.

Ada permainan yang berbeda yang dirasakan anak ketika bermain dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu. Lewat ayah anak akan mengenal permainan yang melibatkan kontak fisik atau aktivitas luar ruangan yang lebih menguras energi. Permainan ini sangat membantu anak untuk melatih keberanian dan kemandirian selama sang ayah tidak memaksakan dan terlalu mengatur dalam permainan-permainan tersebut. Berilah kesempatan sang anak untuk bereksplorasi dan membuat keputusan dalam permainannya sambil sesekali Anda terlibat dan memberi penjelasan untuk membantunya membuat keputusan.
3. Kenali siapa teman anak Anda

Siapa saja teman bermain anak Anda? Tahukah Anda siapa namanya? Di mana tinggalnya? Apa kegiatan yang dilakukan anak Anda bersama mereka? Seorang ayah yang baik mengenal dengan siapa saja anaknya bergaul. Ayah memberi arahan sekaligus menjadi teman diskusi bagi anak untuk menceritakan pengalamannya bersama teman, kekhawatirannya, dan kegembiraannya. Dengan mengenal teman-temannya maka Anda mendapatkan informasi yang jauh lebih banyak tentang anak Anda sehingga lebih sedikit yang perlu dikhawatirkan. Anda juga akan mengenali bahasa “pergaulan” anak Anda.

Di tengah pergaulan sekarang yang relatif kurang kondusif, mengenal teman main anak Anda akan menjadi benteng berharga. Anda akan tahu apa yang dipelajari sang anak dari temannya. Sebagai ayah Anda bisa menjadi penengah dan penyeimbang informasi. Kasus anak-anak yang terlibat narkoba atau penyimpangan lainnya sering dimulai dari pergaulan dengan teman-temannya. Sang anak tidak pernah mendapat informasi dari ayah ibunya dan ketika dia sedang mencoba-coba berbagai hal, datanglah teman-temannya yang mengambil kontrol dan memberi pengaruh buruk.
4. Menjalin komunikasi yang membangun

Mungkin Anda merasa sudah berkomunikasi dengan anak dengan menanyakan bagaimana kabarnya di sekolah, apa yang dia pelajari, atau bagaimana hasil ujiannya kemarin. Jika Anda menanyakan hal tersebut hanya sekadar ingin tahu atau sebagai basa-basi pembicaraan, maka komunikasi tersebut hanya membawa dampak yang terbatas.

Menjalin komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi yang intensif di mana ada proses saling percaya satu sama lain. Di sinilah peran ayah sebagai pelatih emosi akan sangat dibutuhkan. Lewat komunikasi Anda mengetahui apa yang dirasakan sang anak, bagaimana pendapatnya tentang suatu persoalan, apa yang membuatkan senang, apa yang membuatnya khawatir sehingga Anda sebagai ayah dapat memberikan masukan yang membangun agar sang anak dapat mengelola emosi-emosi yang dirasakannya dan belajar mengambil tindakan yang diperlukan.

Mungkin anak Anda sedang ketakutan karena ada jagoan di sekolah yang sering memalak. Anda bisa menggali perasaan anak Anda dan apa yang dia lakukan untuk menghadapi situasi tersebut. Kehadiran Anda akan membantu sang anak memahami persoalannya secara lebih luas dan dia bisa belajar mengatasinya sendiri. Pelajaran ini nantinya akan sangat berharga ketika sang anak mulai beranjak dewasa. Jika di masa kecil dia sudah belajar menangani hal-hal kecil yang dapat dia kelola, maka ketika dewasa dia akan mampu menangani persoalan-persoalan yang lebih berat dan membutuhkan kematangan emosional.

Banyak orangtua yang sebenarnya sangat menyayangi anaknya namun dalam komunikasi cenderung menjadi orangtua yang mengabaikan. Mereka mendengarkan tapi tidak memperhatikan. Mereka mengerti tapi tidak menunjukkan empati. Mereka merasa membantu tapi sebenarnya tidak membangun. Insya Allah bagian ini akan saya ulas dalam posting berbeda.
5. Mendidik Anak Lewat Permainan dan Tanya Jawab

Proses pendidikan anak yang terbaik seringkali tidak didapatkan secara formal, melainkan lewat aktivitas ringan berupa permainan atau tanya jawab. Ketika bermain mungkin anak Anda merasa kecewa karena kalah. Sebagai ayah Anda dapat membantu sang anak untuk mengenali perasaan kecewa tersebut dan bagaimana menanganinya. Suatu saat mungkin tanpa diduga anak Anda menanyakan suatu pertanyaan. Jawaban yang baik dan tepat sesuai kadar kemampuan sang anak mencerna saat itu akan menjadi pelajaran berharga baginya.

Manfaatkanlah setiap proses bermain dan tanya jawab sebagai ajang pendidikan anak Anda. Disanalah Anda dapat menanamkan nilai-nilai moral, bagaimana mengelola emosi, bagaimana menghadapi kehidupan, atau bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Ada banyak orangtua yang malas menjawab ketika anaknya bertanya. Kadang-kadang hal ini tidak selalu disengaja melainkan karena pertanyaan tersebut dianggap tidak penting atau terlalu remeh sehingga tidak perlu dijawab. Ketahuilah ketika itu dilakukan, Anda telah melewatkan suatu kesempatan emas untuk mendidik anak Anda.
Penutup

Demikian beberapa hal yang dapat saya bagi terkait peran seorang ayah. Tentunya masih banyak hal lain yang dapat dilakukan selain daftar pendek di atas.

Mohon maaf kalau tulisan ini terkesan membedakan gender. Tentunya hal-hal di atas juga relevan bagi seorang ibu. Tetapi dalam tulisan ini saya sedang ingin menekankan bagaimana seorang ayah perlu untuk berperan lebih jauh dan lebih besar dalam mendidik dan melatih kecerdasan emosi anaknya ditengah-tengah kesibukan sang ayah sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga. Semoga bermanfaat.

Jika Anda tertarik dengan topik ini, saya sarankan untuk membaca buku “Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak” karya John Gottman, Ph. D yang diterbitkan oleh Gramedia. Buku ini membuka wawasan baru tentang pengasuhan anak dan bagaimana orangtua dapat mengambil peran aktif yang membangun mental sang anak.

Selamat berjuang bagi semua ayah di manapun berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget