Pakistan telah memblokir facebook untuk sementara. Menkominfo kita ‘bahkan’ telah menyurati si pemilik facebook di negri paman sam agar segera mengakhiri geliat grup tersebut. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak bisa lepas dengan mahluk berlogo biru itu? Sekedar sharing pemikiran saja ya. Jujur, awalnya saya juga bingung harus bagaimana. Ditinggal, tapi butuh. Gak ditinggal, tapi mereka seolah-olah memfasilitasi penodaan agama. Akhirnya saya menemukan jawaban tersebut setelah menganalogikan drama ini menjadi sebuah kisah sebagai berikut:
“Anggap saja Anda memiliki teman akrab, meskipun baru kenal dengannya, tapi dia benar-benar bermanfaat. Dengan teman baru Anda, Anda dapat menemukan teman-teman Anda yang lainnya. Bahkan Anda pun mendapatkan hadiah-hadiah mewah karena kenal dengannya. Tapi suatu saat, Anda mengetahui bahwa teman Anda memfasilitasi seseorang untuk menghina ORANG TUA Anda. Seseorang tersebut mengadakan lomba untuk mengolok-olok seseorang yang sangat Anda hormati.
Lalu apa reaksi Anda? Apakah Anda akan diam saja dan berkata, “Ya sudah temanku. Kamu gak bersalah. Kamu hanya memfasilitasi kok. Aku gak marah sama kamu kok. Biarkan saja temanmu itu mengolok-olok kedua ORANG TUAku, toh kamu HANYA memfasilitasinya kan? Ya, aku tahu. Kamu tidak menghina, tapi hanya memfasilitasi.” Akhirnya Anda dan teman Anda pun akur tanpa menghiraukan bertubi-tubi hinaan datang kepada orang tua Anda.”
Kalau saya sih, pastinya akan marah, karena saya masih menghormati kedua orang tua meskipun sudah tidak bersama beliau-beliau sejak 10 tahun yang lalu. Kalo marah, biasanya saya memilih untuk tidak mendekati dia selama beberapa saat dan kadang menulis surat atau sms kalau saya marah padanya. Saya tidak akan mendekatinya lagi sampai dia menunjukkan sikap ‘meminta maaf’ atas kesalahannya. Saya tidak butuh ucapan langsung, sikap saja sudah cukup.
Kaitannya dengan kasus penodaan agama dengan mengadakan semacam kontes menggambar Nabi Muhammad SAW, mari kita renungkan kembali. Penghinaan kepada orang tua saja sudah marah, apakah penghinaan kepada seseorang yang telah menunjukkan jalan kebenaran hanya diam saja? Sama seperti analogi di atas. Saya akan mendiamkan teman saya (baca:FB) dengan cara menonaktifkannya beberapa saat. Sampai dia memberikan sikap bahwa dia meminta maaf. Entah itu dengan pers, atau menghapus segala grup penghina yang sedang atau akan muncul di kemudian hari.
Sungguh tiada terlihat efeknya jika penonaktifan FB hanya dilakukan beberapa ribu orang atau ratusan saja dibandingkan dengan puluhan juta total pengguna. Seperti kita ketahui bahwa umat muslim terbesar di dunia ada di Indonesia dan tidak sedikit pengguna FB yang beragama Islam. Mungkin jika penonaktifan ini dilakukan secara massal, teman kita (FB) akan merasakan sesuatu yang aneh dari sikap kita. Dan kita berharap bahwa tidak ada kejadian seperti ini lagi terulang.
Seperti kata hadits, sesama muslim adalah saudara. Lalu mengapa kita tidak bersatu untuk menunjukkan rasa kecewa kepada teman kita (FB) bahwa orang yang kita hormati bersama dilecehkan menggunakan perantara teman kita (FB)? Semoga dalam hati kecil kita masih terbersit kecintaan terhadap Rasulullah SAW….. Amiin
PS: Akun saya tidak akan pernah diaktifkan lagi jika pihak Facebook tidak merespon hal ini. (Masih ada kaskus kok, hehe)
PSS: Mohon dishare ke teman-teman lain. Sekedar mengingatkan saudara kita agar rasa cinta kepada Rasulullah SAW bisa muncul kembali.
PSSS: Mohon maaf jika Anda tidak setuju dengan pendapat saya, saya tetap setuju dengan pendapat saya.
Source : http://artikelunik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar