Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, Departemen Kesehatan RI tahun 1996, 12% penyebab kematian adalah diare. Disebutkan, akibat diare, dari 1.000 bayi, 70 bayi meninggal dunia sebelum merayakan hari ulang tahunnya yang pertama. Ditemukan Pula bahwa dari tujuh bayi yang dikubur, satu di antaranya meninggal karena diare. Statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, dan 2/3- nya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa.
Di dalam lambung manusia terdapat cairan asam yang mempunyai mekanisme menghancurkan setiap kuman. Cairan tersebut dinamakan asam lambung. Di dalam asam lambung terdapat enzim bernama ptialin yang berguna menghancurkan makanan dan mengubahnya menjadi glukosa yang dibutuhkan tubuh sebagai energi. Enzim merupakan suatu protein dan bekerja sebagai katalisator, mempercepat berlangsungnya suatu reaksi kimia. Di dalam tubuh, jumlah enzim hanya sedikit, tetapi kemampuannya luar biasa. Bekerjanya sangat khas, yaitu hanya mau bekerja di lingkungan yang tepat. Enzim hanya mau bekerja efektif pada suhu optimal 40°C dan pH asam.
Enzim tidak akan bermetabolisme dengan baik jika suhu mencapai 50°C. Sebaliknya, dalam suhu yang terlalu rendah pun, enzim enggan bekerja. Bagaimana enzim bekerja? Makanan dan minuman masuk ke dalam mulut. Dalam perjalanannya ke usus, makanan diproses oleh enzim ptialin. Amilum (bentuk makanan di dalam lambung) oleh enzim ini diubah menjadi bentuk sederhana, dan sebagian berhasil diubah menjadi glukosa yang sudah dapat diserap usus. Makanan berupa lemak (jeroan) dan protein (ikan) diteruskan ke bagian pencernaan.
Pencernaan memiliki mekanisme metabolisme dan cara yang ampuh untuk menghancurkan makanan, sekaligus menangkal kuman atau bakteri yang menyerang lambung. Dalam kondisi normal, segala macam kuman dapat dibunuh atau dikeluarkan tubuh lewat tinja. Namun, pada kondisi tubuh menurun, kuman tidak bisa dilumpuhkan dan betah tinggal di dalam lambung. Jika terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam penyakit, termasuk diare.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis kuman yang jika tubuh dalam keadaan sehat bersifat kongensal (diam). Namun, ketika tubuh sakit atau lemah kondisinya, kuman akan menjadi patogen, menimbulkan berbagai gangguan. Dalam keadaan biasa, makanan dari usus halus yang masuk ke dalam usus besar tidak menimbulkan masalah karena ada kelep yang menghalangi kembalinya kuman dari usus besar ke dalam usus halus. Namun, jika kelepnya rusak, berbagai macam kuman patogen akan masuk, seperti Echeriscia-coli atau jenis vibrio sebagai penyebab muntaber, mencret yang disertai gejala muntah-muntah.
Belum ada obat yang ampuh untuk membunuh kuman ini, hanya daya tahan tubuh yang dapat menolaknya. Jika terjadi diare harus dilakukan pencegahan dehidrasi. Obat antibiotik yang diberikan dokter hanya bersifat menekan umur atau melemahkan kuman. Kuman lain berupa salmonella merupakan kuman tifus yang menimbulkan gejala panas tinggi lebih kurang selama 1 minggu. Demamnva sangat spesifik. Pada sore atau malam hari suhu tubuh penderita menjadi tinggi, siang harinya suhu turun. Penderita tifus pada stadium lanjut sebaiknya harus dirawat di rumah sakit agar memperoleh perawatan yang intensif. Jika dibiarkan, anak yang menderita tifus stadium lanjut dapat meninggal.
Penularan kuman biasanya melalui makanan, gelas, piring, atau sendok yang tidak bersih atau tertular kuman. Penularan ini biasanya terjadi pada makanan jajanan. Tindakan preventif agar serangan kuman dapat dihindari sebaiknya harus dilakukan. Di antaranya adalah dengan membersihkan tangan sebelum memberikan makan kepada bayi dan anak, menghindari jajanan warung untuk anak dan balita, memasak air yang akan diminum, menghindari makanan yang sudah basi atau berjamur dan terkontaminasi parasit (seperti cacing, belatung, atau ulat). Biasanya, pembusukan cepat terjadi pada makanan yang mengandung protein, seperti daging, telur, dan kacang-kacangan.
Selain kuman, zat-zat toksin juga dapat menjadi penyebab diare. Misalnya merkuri, arsen, timbal, dan boraks. Berbagai makanan yang mengandung zat racun, seperti singkong, oncom, dan tempe bongkrek, pun dapat menjadi penyebab. Zat-zat beracun ini sampai sekarang belum diketahui penangkalnya, sehingga penanganan pada keracunan dilakukan dengan cara merangsang muntah, mencuci atau membilas lambung, dan memberikan zat-zat antiracun yang sudah ada.
a. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut.
1. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli. Salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas.
2. Infeksi basil (disentri).
3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).
5. Infeksi jamur (candidiasis)
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
7. Keracunan makanan.
Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.
Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare kronis.
Source : http://artikelterbaru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar