Para muslimah, pernahkan kalian melihat wanita ja’zhari ketika terjadi perselisihan atau pertengkaran antara dia dengan saudara sekampungnya? Wanita ja’zhari itu ber-kata kepadanya, “Aku lebih baik daripada kamu! Ke-dudukan orang tuaku lebih tinggi daripada orang tuamu! Aku anak Pak Anu bin Anu, sedangkan orang tuamu tidak dikenal. Orang miskin, orang kecil, dan seterusnya…!”
Begitu juga wanita yang sombong karena kecantikan-nya. Dia meremehkan wanita lain, menghina dan mencelanya siang dan malam, dan ketika ramai mupun sepi atau berduaan. Wanita yang sombong karena kekayaan yang dimilikinya pun berbuat seperti itu ketika berbicara dengan orang lain. Dia menghinanya sambil–dengan penuh kesombongan–memamerkan pakaiannya yang mewah.
Karena syariat Islam yang lurus sangat mencela wanita-wanita yang bersikap sombong, para generasi salafus saleh betul-betul menaruh perhatian penuh terhadap sikap ini dalam rangka ber-amar ma’ruf nahi munkar. Sebagai bukti, salah seorang dari mereka bertutur, “Ketika kami tengah duduk bersama Imam Hasan al-Bashri rahimahullah datanglah Ibnul-Ahtam mengenakan pakaian sutra yang ujungnya menutupi betisnya berlapiskan sutra pula, sedangkan kain lapisan luarya dibiarkan terbuka. Ketika Imam Hasan al-Bashri melihatnya berjalan dengan sombong, dia berkata, ‘Cis! Kau angkat hidungmu, kau palingkan pipi mu sambil menggerak-gerakkan pinggangmu (penuh kesombongan)? Betapa dungunya kamu? Kau lihat samping kiri dan kanan badanmu dengan penuh kebanggaan atas kemewahan yang tidak kamu syukuri sehingga kamu melupakan Allah dan tidak memenuhi hak-Nya? Demi Allah, seseorang yang berjalan dengan wajar, (atau dia) berjalan seperti orang gila, maka pada setiap anggota badannya ada nikmat Allah, sementara bagi setan adalah suatu fitnah!’ Mendengar kata-kata Hasan al-Bashri maka Ibnul-Ahtam meminta maaf kepadanya. Imam Hasan al-Bashri menyahut, jangan meminta maaf kepadaku. Meminta maaflah kepada Allah, Rabbmu. Tidakkah kamu dengar Allah Ta’alla berfirman, ‘Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung!’ (al-Isra’: 37)
Suatu hari, Abdullah Ibnu Umar r.a. melihat seseorang yang menjulurkan kainnya melewati mata kaki karena sombong. Kemudian dia bertutur, “Sesungguhnya setan itu punya saudara!” Dia mengucapkan kata-kata tersebut sampai tiga kali.
Diriwayatkan ketika Umar bin Abdul Aziz r.a. melaksanakan ibadah haji sebelum menjadi khalifah, dia berjalan dengan terlihat angkuh. Seorang tabi’in terkemuka, Thawus rahimahullah, melihatnya lalu menyentuh pinggangnya dengan telunjuk dan menegurnya, “Cara berjalan-mu itu bukan cara berjalan makhluk yang perutnya berisi kotoran (tahi).” Maka Umar meminta maaf sambil berkata, “Wahai paman, sungguh, seluruh anggota tubuhku ter-pukul dengan berjalan seperti ini sehingga terbiasa!”
Seorang pemuda yang mengenakan pakaian bagus dan mahal, lewat di hadapan Imam Hasan al-Bashri. Karena dia berjalan begitu sombong, Imam Hasan al-Bashri memanggilnya dan berkata kepadanya, “Ibnu Adam bangga terhadap kegagahan dan penampilannya. Seakan-akan kuburan telah menutupi tubuhmu dan sepertinya kamu telah bertemu dengan amalmu. Celakalah kamu! Obatilah penyakit hatimu, karena yang dibutuhkan oleb Allah dari seorang hamba adalah kebaikan dan kebersihan hatinya!”
Saudariku muslimah! Jika kamu melihat seorang wanita sombong, ketahuilah bahwa kerugiannya telah sempurna, sebagaimana telah dinyatakan oleh Khalid bin Yazid rahimahullah, “Apabila kamu dapati seorang laki-laki keras, suka membantah, tidak mau mengalah dan membanggakan dirinya, maka telah sempurnalah kerugiannya!”
“Wahai saudariku, hadirkanlah di pikiran dan benak-mu keadaanmu di dalam kubur! Bayangkanlah, bagai-manakah kakimu yang pernah kamu banggakan di dunia itu hancur. Sementara itu, matamu yang indah yang dengannya kau menikmati pemandangan, menjadi remuk redam, lidahmu habis dimakan ulat, dan gigi-gigimu hancur binasa dilumat tanah. Manakah keindahan dan kecantikan yang telah kamu banggakan itu? Pikirkanlah, bagaimana rambutmu yang indah itu rontok dan habis di ruang kuburmu dan berubah menjadi abu. Mana rambutmu yang telah pernah kamu banggakan itu? Ketahuilah, akhir dari setiap wanita yang sombong itu adalah kematian yang diakibat-kan oleh suatu yang paling sepele yang menimpanya secara tiba-tiba ketika dia tidak menyangka bahwa hal tersebut menjadi penyebab kematiannya. ”
Kisah nyata berikut ini barangkali akan menjelaskan hal yang demikian. Al-Fadhal ibnul-Muhallab rahimahullah bercerita, “Sulaiman bin Abdul-Malik bertanya kepadaku pada hari Jumat, ‘Apakah ada pakaian khusus untuk hari Jumat?’ Aku (al-Fadhal) menjawab, ‘Ada, wahai Amirul-Mukminin!’ Lalu Sulaiman meminta pakaian berwarna kuning. Setelah dia mengenakannya, dia bercermin. (Karena menurutnya tidak ada kesan mewah) maka dia mencopot dan menggantinya dengan pakaian berwarna hijau. Lalu dia bercermin. Setelah dia melihat bayangan dirinya di cermin, dia berkata, ‘Akulah raja yang muda. Akulah raja yang muda!’ Lalu dia berjalan bersamaku ke masjid. Tatkala dia sedang membaca khutbah di atas mimbar, tiba-tiba terserang penyakit sejenis penyakit gondok, maka ia turun dari mimbar dalam keadaan demam. Akhirnya, tidaklah ia datang pada hari Jumat berikutnya melainkan ia dikubur karena telah meninggal.
Source : http://artikelterbaru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar