Selasa, 14 Juni 2011
Ponsel Tak Cuma Bikin Kuping Panas
Anak-anak yang menggunakan telepon seluler memiliki risiko tumor otak sampai 420 persen ketika dewasa nanti.
***
*WASHINGTON *– “Kini sudah waktunya kita sekali lagi menempatkan sains di puncak agenda dan karya kita, mendengar semua yang dikatakan ilmuwan kita, meski itu tidak selalu enak didengarnya, terutama ketika itu memang terdengar tidak enak di telinga kita.”
Kutipan dari ucapan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tersebut tampak tegas dengan huruf-hurufnya yang tercetak tebal dan ukurannya yang lebih besar. Kutipan itu, bersama prinsip waspada yang diadopsi Komisi Eropa, mengisi halaman awal sebuah laporan terbaru yang mengingatkan kaitan antara telepon seluler dan tumor otak.
Perdebatan tentang bahaya penggunaan telepon seluler memang tidak pernah berhenti sampai ada bukti yang benar-benar konklusif. Sejauh ini, dari National Cancer Institute di Amerika Serikat sampai Badan Kesehatan Dunia (WHO), memang menyatakan bahwa segala perangkat digital nirkabel bukan ancaman bagi kesehatan publik.
Tapi, seperti yang kali ini disimpulkan lewat sebuah studi dari Swedia dan telah dipublikasikan melalui /International Journal of Oncology/, Mei lalu, ada kutukan dari telepon seluler terhadap penggunanya. Profesor Lennart Hardell dan timnya menemukan bahwa mereka yang telah menggunakan telepon seluler dan telepon digital nirkabel sejak remaja akan memiliki peningkatan risiko tumor otak hingga 420 persen.
Berlandaskan terutama pada hasil studi terbaru itulah sekelompok peneliti internasional yang menyebut dirinya International EMF (Electromagnetic Field) Collaborative mengingatkan kembali akan bahaya penggunaan telepon seluler. Dalam laporan setebal 44 halaman, mereka mencoba merangkum bahaya penggunaan telepon seluler terutama oleh anak-anak.
Telepon seluler dan telepon nirkabel disebutkan memiliki emisi radiasi elektromagnetik yang cenderung menembus lebih mudah dan dalam pada otak anak-anak ketimbang orang dewasa. Tak cuma bikin kuping panas, membiarkan telepon-telepon genggam itu menempel terlalu lama di kepala anak-anak dan para remaja dikhawatirkan juga memicu tsunami tumor otak di masa depan.
“Berharap saja kami salah, karena ini juga masih terlalu awal untuk melihatnya sekarang, karena tumor memang memiliki usia laten 30 tahun,” kata L. Lloyd Morgan sambil menambahkan, “tapi tanggung sendiri risikonya kalau ternyata benar.”
Pensiunan insinyur listrik dari Berkeley, California, yang juga anggota Bioelectromagnetics Society, itu bersama 43 pakar dan ilmuwan lainnya dari Australia, Brasil, Kanada, Finlandia. Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Rusia, Spanyol, Swedia, dan Inggris memberi judul laporannya itu “Cellphones and Brain Tumors: 15 Reasons for Concern”.
Studi yang didukung EMR Policy Institute, Peoples Initiative Foundation, ElectromagneticHealth.org, The Radiation Research Trust and Powerwatch tersebut juga mengungkap upaya penyesatan informasi lewat riset industri nirkabel di 13 negara, sebagian besar di Eropa Barat. Morgan dan kawan-kawan membeberkan 11 cacat studi Interphone yang hasil-hasilnya bakal dirilis sebelum akhir tahun ini di 13 negara, belum termasuk Amerika Serikat.
Studi yang sebenarnya sudah rampung sejak 2004 namun ditunda-tunda terus publikasinya itu dituding meremehkan risiko tumor otak dari penggunaan telepon seluler. Studi tersebut juga mengabaikan subyek pengguna telepon portable, padahal perangkat ini juga mengemisikan radiasi gelombang mikro.
Studi Interphone tidak mengkaji ragam jenis tumor otak selain glioma (kanker dalam sel glial), neuroma akustik (tumor di saraf pendengaran pada otak), dan meningioma (tumor pada jaringan yang menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang). Studi senilai jutaan dolar Amerika ini malah mengkaji jenis tumor lain, seperti yang mungkin tumbuh di kelenjar ludah, walau hasilnya diungkap terpisah.
Subyek-subyek yang sudah meninggal atau terlalu sakit untuk diwawancarai juga ditinggalkan. Begitu pula anak-anak dan remaja. “Padahal mereka justru yang paling rawan terhadap dampak emisi gelombang electromagnet telepon seluler,” bunyi laporan tandingan tim ilmuwan.
Hasil gabungan dari 13 negara memang baru akan dirilis, namun selama empat tahun ini sudah ada 14 hasil studi Interphone yang dipublikasikan secara terpisah-pisah. Tiga di antaranya merupakan kombinasi dari studi yang dilakukan di lima negara, yakni Swedia, Denmark, Inggris, Finlandia, dan Norwegia. Sisanya adalah studi individual di Jepang, Denmark, Prancis, Jerman, Swedia, Inggris, dan Norwegia.
Yang mengejutkan adalah rata-rata hasil studi tersebut menyatakan bahwa telepon seluler melindungi penggunanya dari tumor otak. Sebuah kesimpulan yang memicu Morgan cs menuding studi dilakukan dengan telepon-telepon seluler khusus yang memang dilengkapi fitur yang membuatnya aman. “Atau desain studi sejak awal sudah salah.”
Kembali ke Telepon Kabel
Rasanya sulit sekali membayangkan hidup saat ini tanpa telepon seluler. Ronald Herberman, pakar kanker di University of Pittsburgh Cancer Institute, yang juga anggota tim International Electromagnetic Field Collaborative, tahu benar soal ini.
Itu sebabnya Herberman mengatakan tim merekomendasikan sekadar pembatasan penggunaan telepon seluler. Rekomendasi berlaku setidaknya sampai data yang lebih konklusif terhimpun dua tahun lagi. Saat itu Badan Kesehatan Dunia dan International Agency for Research on Cancer sejatinya sudah akan memberi kesimpulan baik atau buruk telepon seluler untuk kesehatan, terutama otak.
Sambil menunggu kesimpulan itu, Herberman menambahkan, akan jauh lebih baik menganggapnya buruk. “Sejumlah studi memang tidak mengindikasikan bahwa telepon seluler itu aman, tidak pula tegas menyebut mereka berbahaya. Tapi bukti-bukti semakin kuat mengindikasikan bahwa kita harus mengurangi paparannya,” katanya.
Dengan membatasi penggunaan telepon seluler, risiko terpapar medan elektromagnetiknya juga akan semakin kecil. Herberman mengungkapkan, negara-negara seperti Prancis, Jerman, dan Kanada sudah menyadari pentingnya pembatasan tersebut dan memberlakukan rekomendasi pengurangan paparan radiasi elektromagnetik dari perangkat digital seperti telepon seluler.
Herberman menyarankan agar konsumen membeli telepon seluler dengan spesifikasi radiasi yang rendah. Caranya, dengan mencari apa yang disebut SAR atau /specific absorption rate/. Menurut Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat, parameter SAR mengukur jumlah energi frekuensi radio yang diserap tubuh ketika menggunakan sebuah telepon seluler.
Komisi itu telah menetapkan batas tertinggi SAR yang bisa diterima sebesar 1,6. Berdasarkan kriteria ini, Motorola Razr V3x merupakan yang paling ramah karena tingkat SAR-nya hanya 0,14. Tapi telepon seluler Motorola pula yang menurut daftar SAR keluaran CNET memiliki SAR di batasnya tertinggi, yakni V195.
Selain merujuk kepada kemampuan penetrasi gelombang tersebut ke dalam tubuh, rekomendasi Herberman lainnya mungkin terdengar ekstrem. Tapi, ya, kalau memikirkan dampaknya 30 tahun lagi, mungkin ada baiknya juga disimak.
- Hanya membolehkan anak menggunakan telepon seluler dalam kasus-kasus darurat. Mereka juga jangan sekali-sekali dibiarkan tidur dengan telepon seluler disimpan di bawah bantal.
- Jauhkan telepon seluler dari tubuh, dari kantong sekalipun. /Headset/ tanpa kabel mungkin bisa jadi alternatif.
- Hindari menggunakan telepon dalam kendaraan bergerak karena cenderung meningkatkan tenaga dan radiasi yang dibutuhkan perangkat yang bergerak menjauh dari menara pemancarnya.
- Memprioritaskan pemakaian telepon seluler di luar rumah atau gedung juga bisa mengurangi tenaga dan radiasi itu.
- Batasi penggunaan telepon seluler di bus, kereta, atau alat transportasi umum lainnya untuk mencegah perangkat yang sedang Anda gunakan menyebarkan radiasi kepada orang lain di sekitar.
- Gunakan telepon kabel kalau ingin berbicara lama, jangan telepon seluler. Malah, kalau mungkin, gunakan selalu telepon kabel.
- Ganti-ganti telinga ketika berkomunikasi dengan telepon seluler untuk membagi beban paparan radiasi antara satu sisi tubuh dan sisi yang lain
- Kembangkan kebiasaan berkirim pesan pendek (SMS).
15 Alasan
Peringatan tentang bahaya radiasi dari penggunaan telepon seluler terhadap kesehatan sudah disuarakan selama bertahun-tahun. Begitu sulitnya membuat percaya banyak orang, ahli bedah saraf dari Inggris, Vini Khurana, sampai-sampai pernah menerjemahkan tingkat bahaya itu lebih tinggi ketimbang asbes dan merokok.
Khurana mengaku tak berlebihan soal terjemahannya tersebut. Iia, yang telah menulis lebih dari 30 makalah ilmiah dan mengulas lebih dari 100 studi tentang efek telepon seluler, mengatakan saat ini sudah tiga miliar orang di dunia yang menggunakan telepon seluler.
Angka itu tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah orang yang merokok di seluruh negara di dunia. Padahal, dengan angka itu saja, lima juta perokok meninggal tiap tahun.
Sekarang, masalahnya, apakah telepon seluler seseram rokok. Khurana senada dengan tim ilmuwan Collaborative dengan menyatakan bukti semakin kuat dan signifikan yang mengaitkan penggunaan ponsel dengan tumor di otak. “Risikonya akan semakin nyata pada tahun-tahun ke depan,” katanya.
Toh, masih sangat berat memisahkan orang-orang dari telepon seluler mereka. Industri ponsel pun masih belum yakin akan bahaya-bahaya tersebut dan cenderung menganggapnya sebagai suara-suara miring. “Diskusi literatur ilmiah terbatas oleh individual,” begitu Asosiasi Operator Seluler di Inggris pernah bilang.
Kelompok Industri itu bahkan siap menggebrak dengan riset tandingannya yang digelar serentak di 13 negara. Efek hasil riset inilah yang coba dilawan tim Collaborative dalam laporannya yang terbaru. Morgan, Herberman, dan yang lainnya menilai ada 15 alasan yang mesti menjadi pertimbangan setiap orang di dunia.
1. Riset mereka sendiri menunjukkan ponsel menyebabkan tumor otak.
2. Riset yang mereka danai juga menunjukkan penggunaan ponsel mengatrol risiko tumor otak (2000-2002).
3. Studi Interphone secara konsisten menunjukkan penggunaan ponsel kurang dari 10 tahun melindungi penggunanya dari tumor otak.
4. Riset independen menunjukkan ada risiko tumor otak dari penggunaan ponsel.
5. Meski ada pemelintiran hasil yang sistemik di seluruh studi Interphone, risiko tumor otak yang signifikan dari penggunaan ponsel masih muncul.
6. Studi-studi kemandirian pendanaan industri menunjukkan apa yang bisa diharapkan apabila telepon nirkabel menyebabkan tumor otak.
7. Tingkat bahaya tumor otak dari penggunaan ponsel tertinggi terjadi pada anak-anak, dan semakin belia anak itu mulai mengenal telepon seluler, semakin tinggi risikonya.
8. Sudah banyak pemerintah yang mengingatkan akan bahaya penggunaan ponsel pada anak-anak.
9. Batas paparan ponsel hanya berdasarkan panas yang ditimbulkannya.
10. Perubahan dalam masalah kesehatan terkait dengan medan elektromagnetik sudah disepakati dalam parlemen Eropa.
11. Radiasi ponsel merusak DNA, sebuah sebab kanker yang tak terbantahkan.
12. Radiasi ponsel dapat ditunjukkan membocorkan penghalang otak-darah.
13. Panduan manual ponsel mengingatkan kepada penggunanya untuk menjauhkan ponselnya itu dari tubuh bahkan ketika ia tidak aktif sekalipun.
14. Komisi Komunikasi Federal di Amerika Serikat mengingatkan tentang penggunaan telepon nirkabel.
15. Kesuburan pria bisa rusak akibat radiasi ponsel.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar