Industri “dituntut” untuk memberikan tanggapan terhadap tantangan dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Namun tekanan terus berlanjut. Kini peran industri semakin bergeser dari pihak yang pasif menjadi insiator perbaikan yang aktif. Ada
tiga hal utama mengapa industri dituntut untuk semakin aktif bertindak.
Pertama, ada pengakuan yang luas bahwa industri memegang kunci adaptasi yang
berhasil. Perusahaan-perusahaan internasional mempunyai sumber daya dan
ahli. Dan mereka dapat menyebarkan sumber daya dan para ahlinya dengan
fleksibilitas dan kreativitas yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang
kuat saja. Partisipasi aktif mereka sangat penting jika tanggapan
internasional juga aktif. Sedangkan perusahaan menengah dan kecil diharapkan
dapat menawarkan kreativitas dan inovasinya bagi pemecahan masalah lokal.
Kedua, banyak perusahaan menerima keuntungan dari lingkungan yang lebih
sehat dan lebih makmur. Masyarakat yang makmur merupakan penanam modal
terhadap barang dan jasa yang lebih luas ketimbang masyarakat yang tertekan.
Yang jelas, perusahaan dan masyarakat menderita jika terjadi kerusakan
lingkungan alami. Pasar pun akan memberikan reaksi terhadap kegagalan
perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya .
Ketiga, kedudukan yang positif akan meningkatkan kinerja dan posisi
perusahaan. Perusahaan yang mengelola tanggung jawabnya secara efektif
merupakan perusahaan yang mampu membangun posisi yang lebih aman dan lebih
makmur dalam pasar. Keberhasilan untuk mempertahankan lingkungan akan
menghasilkan keuntungan jangka panjang dan menambah nilai bagi perusahaan
dan masyarakat.
Konferensi PBB – Pertemuan Puncak Rio – menelurkan satu tema dominan, yaitu
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan alami. Banyak perusahaan
menyadari peran mereka dalam melindingi lingkungan sehingga generasi masa
depan dapat mengambil keuntungan dan menikmati hadiah itu. Kesadaran ini
terkadang muncul perlahan-lahan. Atau, dapat mula muncul secara drastis yang
biasanya dipicu oleh suatu kecelakaan besar, misal, bencana minyak Exxon
Valdez. Bagaimana pun kini muncul tekanan dan pengakuan bahwa salah satu
dampak ikatan masyarakat dan perusahaan adalah keinginan yang kuat untuk
melindungi dan memelihara lingkungan.
KRISIS DAN TEKANAN
Tekanan terhadap tanggung jawab perusahaan akan lingkungan alami meningkat
sejalan dengan perkembangan teknologi, penerapan proses kerja yang potensial
merusak dan memperluas dampak populasi. Sumber daya yang terbatas di seluruh
dunia berjuang untuk mengatasi peningkatan perubahan. Krisis yang timbul
dapat dicatat sebagai berikut: penipisan ozon, pemanasan global, hujan asam,
emisi udara beracun, dan limbah. Krisis-krisis ini menumbuhkan kesadaran
bahwa kegiatan industri bisa merusak lingkungan, baik yang secara nyata
diketahui maupun yang tersembunyi dan membahayakan. Selain itu, perusahaan
yang tidak dianggap merusak lingkungan pun harus sadar bahwa teknologi yang
mereka gunakan tetap saja mempunyai pengaruh besar tapi tersembunyi bagi
perusakan lingkungan alami.
Roome menyarankan bahwa analisa kemungkinan pengrusakan lingkungan yang
disebabkan oleh perusahaan dapat dilakukan melalui penelitian ilmu dan
persepsi masyarakat. Maksudnya, selain menggunakan proses keilmuan untuk
menilai apakah sebuah perusahaan terbuktik merusak lingkungan atau tidak,
maka persepsi publik akan kegiatan perusahaan tersebut harus
dipertimbangkan. Yang jelas, perusahaan dihargai karena mereka tidak hanya
menjadi penonton. Perusahaan juga dihargai manakala berupaya keras mendorong
rekan-rekan mereka agar lebih bertanggung jawab sambil membujuk pemerintah
agar mendengarkan pendapat mereka.
REAKSI PERUSAHAAN
Ada empat reaksi, sekaligus strategi perusahaan dalam menghadapi tuntutan
ini. Pertama, perusahaan akan melakukan reaksi menyerang – bertindak secara
aktif – terutama bila tuntutan akan lingkungan yang alami mengancam bisnis
mereka. Karena ancaman itulah, mereka melakukan penyerangan. Kedua,
perusahaan akan bertahan saja, tidak melakukan penyerangan apa-apa. Ini
dilakukan jika pemenuhan tuntutan itu hanya akan mengurangi daya saing
perusahaan, misal, berakibat pada kenaikan biaya yang menurunkan harga jual
yang bersaing. Ketiga, perusahaan tidak peduli dan mengabaikan semua
tuntutan itu. Perusahaan berharap masyarakat lupa akan tuntutannya. Keempat,
perusahaan melakukan langkah inovatif. Ini adalah strategi terbaik dalam
mencari jalan untuk memenuhi tuntutan sekaligus menemukan peluang baru.
Misal, sepuluh tahun yang lalu, jarang ada produk atau proses baru dibuat
hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar “hijau”. Kini, jarang sekali ada
penemuan yang mengabaikan dimensi ini.
Bahkan Roome mengusulkan untuk mencari keunggulan lingkungan dalam sebuah
perusahaan, yaitu untuk menyelidiki secara sistematis komitmen perusahaan
terhadap lingkungan. Ada beberapa poin yang dapat diselidiki. Misal:
1–Nilai dan etos perusahaan. Bagaimana sikap tegas dan keterbukaan
manajemen puncak terhadap kelompok pemerhati dan komunitas ilmuwan penjaga
lingkungan yang menyampaikan masalah yang dihadapi.
2–Tanggung jawab dan pertanggungjawaban. apakah ada penekanan pada tanggung
jawab individu dan lokal, yang disertai dengan imbalan manajemen dan sistem
pengawasan yang menguatkan kebijakan hijau perusahaan.
3–Kebijakan sumber daya manusia. Apakah proses rekruitmen, seleksi,
manajemen, motivasi dan pengawasan peruahaan berhubungan dengan perlindungan
lingkungan.
4–Struktur organisasi. Apakah organisasi dirancang ramping, fleksibel
dengan penekanan pada kebutuhan bukan birokrasi.
5–Manajemen Puncak. Apakah manajemen cukup terbuka, berkomitmen, dekat
dengan pelanggan, dan sadar akan tanggung jawab yang lebih luas.
6–Operasional. Apakah ada pengembangan, penekanan pada efektivitas yang
bersandarkan produksi pengurangan limbah.
7–Pemasaran. Apakah dilakukan pengembangan dan inovasi terus-menerus tapi
bertanggung jawab pada pelanggan.
8–Keuangan. Apakah manajemen menekankan pada nilai tambah dan kebutuhan
akan tanggung jawab etis.
9–Sumber daya. Apakah dijalin kerja sama dengan pemasok berdasarkan
pengembangan yang ditekankan pada pengembangan dan inovasi yang
terintegrasi.
10–Strategi perusahaan. Apakah strategi mengatisipasi kebutuhan, menekankan
nilai tambah jangka panjang, kesadaran pada pandangan yang lebih bersih.
Source : http://www.resensi.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar