Tanaman Bawang Putih Bersifat Musiman
Musim tanam bawang putih yang terbaik adalah pada awal musim kemarau yang biasanya jatuh pada bulan April sampai Mei. Kadang-kadang penanaman masih dapat dilakukan sampai bulan Juni atau paling lambat Juli. Lalu menjelang .musim hujan, sekitar bulan Agustus—Oktober, bawang putih sudah dipanen. Karena tanaman bawang putih bersifat musiman, akibatnya akan terjadi fluktuasi produksi yang bagaimanapun akan menyebabkan terjadinya fluktuasi harga di pasaran. Pada musim-musim panen produksi cukup tinggi dan harganya pun cukup rendah. Sebaliknya, pada musim-musim tidak panen sampai menjelang musim panen berikutnya, persediaan bawang putih menipis dan harganya pun melonjak tinggi.
Untuk itu, perlu diusahakan agar pada musim di luar musim panen tersebut terdapat cadangan untuk mensuplai kebutuhan bawang putih. Dengan cara ini persediaan dapat ditingkatkan pada musim tersebut, dan harga dapat ditekan stabil atau tidak melonjak tinggi. Secara komersial, penyediaan bawang putih pada musim itu dapat mendatangkan keuntungan yang tidak kecil. Dapat saja penyediaan di luar musim panen tersebut dilakukan dengan menimbun sejumlah besar bawang putih, tetapi ini tentu membutuhkan biaya yang tidak kecil. Dapat juga dengan mengimpor bawang putih konsumsi dari luar negeri, tetapi ini pun menimbulkan ketergantungan terhadap produksi luar negeri. Cara yang paling tepat adalah menanam bawang putih pada musim hujan. Sehingga nantinya pada awal musim kemarau saat harga bawang putih tinggi, dapat dipanen.
Jadi untuk mendapatkan produksi bawang putih pada musim di luar musim panen tersebut, penanaman bawang putih dilakukan pada musim hujan. Tetapi menanam bawang putih pada musim hujan tidak mudah dan besar risikonya. Dengan banyaknya air atau hujan yang turun, akan menyebabkan terbentuknya ekologi yang kurang menguntungkan bagi penanaman bawang putih dan sering menyebabkan kegagalan. Penyebab kegagalan tersebut terutama oleh serangan penyakit, khususnya cendawan. Karenanya, penanaman pada musim hujan ini memerlukan perlakuan tersendiri untuk mencegah timbulnya serangan penyakit. Kalau perlakuan khusus ini dapat dilaksanakan, sanggup bekerja intensif dalam pemeliharaan dan bersedia menghadapi risiko kegagalan, maka penanaman pada musim hujan akan memberikan keuntungan yang tidak kecil, karena pada saat panen nanti harga bawang putih cukup tinggi.
Syarat-syarat dan cara penanaman bawang putih pada musim hujan ini sama dengan penanaman pada musim kemarau. Tanah gembur, subur, banyak mengandung bahan organis, tidak becek, dapat melalukan air (drainase) dengan bagus. Tanah tersebut diolah sama seperti mengolah tanah untuk tanaman bawang putih di musim kemarau. Cara menanam juga sama. Yang berbeda adalah perlakuan selama pemeliharaan. Karena yang sering menggagalkan tanaman bawang putih di musim hujan adalah penyakit (khususnya cendawan), maka pemeliharaan dititikberatkan pada usaha pencegahan dan pemberantasan serangan penyakit tersebut.
Banyak fungisida yang efektif untuk mengatasi penyakit ini, yang dijual di pasaran lengkap dengan penjelasan penggunaannya. Tetapi pestisida ini harus bekerja secara efektif. Artinya, masih tetap efektif meskipun sering diguyur air hujan. Fungisida tetap menempel pada tanaman dan tidak larut oleh air hujan. Untuk itu, pestisida perlu dicampur dengan zat perekat sehingga setelah disemprotkan masih tetap menempel dan bekerja aktif meskipun tersiram air hujan. Penyemprotan dengan fungisida yang dicampur zat perekat ini, harus dilakukan secara teratur dan benar cara menggunakannya. Penyemprotan dapat dilakukan seminggu sekali. Bila sering turun hujan dan disertai angin, penyemprotan perlu dilakukan dua kali seminggu.
Seringkali, fungisida yang biasa digunakan memang menjadi kurang efektif. Kalau sudah demikian, orang cenderung menggunakannya dengan dosis yang lebih besar dan bahkan kadang-kadang melebihi dosis maksimalnya. Untuk pertama kali hasilnya mungkin memang luar biasa. Tetapi suatu saat nanti tidak mempan lagi. Kemudian dosis ditingkatkan lagi, demikian seterusnya. Jika hal ini berkelanjutan, lama-kelamaan penyakit menjadi kebal dan sulit diberantas. Ada juga yang mencampur beberapa macam fungisida. Ini pun tidak menguntungkan dan cenderung merugikan. Karena itu, meningkatkan dosis, apalagi sampai melebihi dosis maksimalnya, atau mencampur beberapa macam fungisida sebaiknya dihindarkan. Kalau memang fungisida yang biasa digunakan menjadi kurang efektif atau sudah tidak mempan lagi, lebih baik ganti saja dengan fungisida lain. Penggantian dengan fungisida ini lebih baik daripada meningkatkan dosis pemakaiannya sehingga melebihi batas maksimal. Juga lebih baik daripada menggunakan beberapa fungisida yang dicampur-campur.
Pada penanaman di musim hujan ini, bedeng sebaiknya dibuat lebih sempit dan pendek dan guludannya dibuat lebih tinggi. Parit-parit juga diperbanyak, bukan untuk mengairi, tetapi untuk mempercepat penirisan air dari bedeng sehingga bedeng tidak becek. Untuk tujuan ini bedeng dapat dibuat setinggi 40 cm dan lebarnya 40-60 cm saja. Ini akan memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan bedeng tanaman musim kemarau, yang tingginya 15-20 cm dan lebar 100 cm.
Penggunaan mulsa di atas bedeng mungkin dapat juga dihilangkan. Dikhawatirkan, penggunaan mulsa dari jerami, apalagi plastik, akan menyebabkan kelembapan tanah menjadi tinggi dan ini akan menjadi penyebab timbulnya serangan berbagai penyakit. Pada bedeng setinggi 40 cm dan lebar 40-60 cm, penggunaan mulsa jerami mungkin masih dapat dipertahankan.
Ada juga yang menggunakan atap plastik yang dipasang di atas tanaman untuk mencegah pengaruh hujan terhadap tanaman. Tetapi cara ini ada ruginya. Suhu udara daerah penanaman pada siang hari menjadi tinggi dan ini dapat menyebabkan daun-daunnya menguning. Hasilnya pun menjadi lebih rendah dibanding menanam yang tidak menggunakan tutup plastik.
Source : http://artikelterbaru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar