Obat untuk menurunkan berat badan
Baik laki-laki maupun perempuan sangat mendambakan tubuh ideal. Dengan demikian, seseorang yang mempunyai berat tubuh melebihi ideal dengan segala cara akan berupaya menurunkan berat tubuhnya. Cara yang ditempuh dapat melalui penggunaan bahan kimia sintetis atau tanaman obat.
Penggunaan bahan kimia sintetis
Menurunkan kelebihan berat tubuh merupakan proses kegiatan yang sangat baik agar tubuh tidak menanggung beban berlebihan. Namun, upaya penurunan kelebihan berat tubuh ini banyak dilakukan dengan jalan pintas, yaitu menggunakan obat-obatan penurun berat tubuh dari bahan kimia sintetis secara berlebihan. Akibatnya, bukan berat tubuh yang turun, tetapi berbagai penyakit diderita, termasuk penyakit gagal ginjal.
Beberapa bahan kimia sintetis yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat di antaranya amfetamin yang mempunyai efek samping menurunkan berat tubuh. Bahan ini banyak digunakan untuk membuat seseorang tidak merasa mengantuk sehingga dapat melaksanakan aktivitas fisik lebih lama dari keadaan normal. Kebanyakan mereka yang merasa mengantuk akan meninggalkan aktivitas fisik dan berusaha tidur agar tubuh beristirahat total. Pada saat tidur, aktivitas fisik seseorang berada dalam kondisi paling rendah sehingga tidak banyak energi yang digunakan. Bila rasa mengantuk itu dihilangkan secara otomatis, diperlukan banyak energi sebagai pendukung aktivitas fisik yang akan dilakukan oleh seseorang. Aktivitas tersebut akan mengurangi timbunan energi yang ada di dalam tubuh seseorang sehingga dapat memberikan efek penurunan berat tubuh. Di samping efek penurunan berat tubuh, amfetamin juga akan memberikan efek penyempitan pembuluh darah, terutama pembuluh darah di daerah ginjal. Akibat dari penyempitan itu, ginjal tidak mendapatkan masukan makanan yang memadai. Hal ini akan memacu kerusakan ginjal.
Penggunaan pencahar, diuretika untuk tujuan penurunan berat tubuh juga mempunyai akibat sampingan berupa kerusakan ginjal. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai pencahar sering digunakan untuk keperluan penurunan berat tubuh karena obat tersebut akan merangsang pengeluaran cairan tubuh lewat usus. Hal itu akan menyebabkan usus tidak mempunyai kesempatan melakukan regenerasi. Akibatnya, bagian usus yang mempunyai fungsi untuk absorbsi bahan makanan akan terganggu. Efek yang ditimbulkan pada kondisi ini sangat luas, termasuk suplai makanan ke ginjal terganggu sehingga terjadi kerusakan ginjal.
Sebenarnya bahan obat yang diperkenankan untuk menurunkan berat tubuh adalah obat-obatan yang berfungsi mengurangi nafsu makan, merangsang pembakaran lemak, dan menghambat penyerapan minyak dalam batas tertentu.
Penggunaan tanaman obat
Indonesia merupakan negara terbesar kedua setelah Brasil dalam hal keanekaragaman hayati atau negara terbesar pertama bila kekayaan biota laut ikut diperhitungkan. Hal ini sangat menguntungkan bagi upaya penelitian tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan maupun pengembangan formulasi berbagai ramuan dari tanaman.
Telah dilakukan inventarisasi jenis tanaman di Indonesia. Dari hasil inventarisasi tersebut tercatat lebih kurang 30.000 jenis tanaman hidup di Indonesia dan lebih dari 1.000 jenis tanaman sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dalam untuk penyembuhan suatu penyakit, pencegahan penyakit, peningkatan daya tahan tubuh, serta pengembalian kesegaran tubuh.
Bahan baku yang digunakan untuk keperluan industri obat tradisional maupun ramuan yang diracik sendiri masih sangat bergantung pada tanaman-tanaman liar yang tumbuh di hutan, pinggir sungai, dan pematang sawah maupun gulma. Sebagai produk alam, bahan-bahan baku tersebut tergantung dari kemampuan tanaman bersangkutan berkompetisi dan bertahan hidup secara optimal di habitatnya.
Kualitas bahan yang berasal dari tanaman liar tersebut sangat bervariasi. Ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidak dapat dikendalikan seperti umur tanaman dan pemupukan. Mengingat hal tersebut, beberapa tanaman telah dikembangkan sebagai tanaman budi daya.
Budi daya berbagai tanaman sudah lama dilakukan, terutama tanaman-tanaman yang bernilai ekonomi tinggi sebab banyak diperlukan oleh masyarakat Indonesia maupun di luar negeri. Selain untuk menjaga kesinambungan pengadaan bahan baku untuk obat tradisional, tujuan utama budi daya tanaman juga untuk menjaga kualitas sumber bahan baku yang berasal dari tanaman. Hal ini dapat dilakukan karena umur tanaman dapat diketahui dengan pasti dan waktu panen yang tepat dapat dijadwalkan. Di samping itu, teknik budi daya ini dapat mencegah kepunahan tanaman serta mencegah kerusakan habitat flora maupun fauna.
Teknik budi daya tanaman dapat dilakukan dengan cara tumpang sari ataupun monokultur. Teknik ini dapat mencegah kekeliruan pemilihan jenis tanaman yang akan digunakan sebagai sumber bahan baku.
Dalam upaya menghasilkan tanaman obat berkualitas tinggi, faktor waktu panen, cara panen, dan penyimpanan pascapanen merupakan parameter yang perlu mendapat perhatian. Selain faktor tanah dan pemupukan, kandungan bahan aktif di dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor tersebut.
Pemanfaatan tanaman obat
Pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya sebagai berikut.
- Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)
Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk tanaman segar. Dalam upaya meningkatkan atau memasyarakatkan pengobatan sendiri ini telah digiatkan cara penanaman tanaman obat untuk keluarga. Dengan harapan tanaman-tanaman itu dapat digunakan untuk pengobatan tahap awal. Upaya ini sangat dirasakan manfaatnya bila lokasi penduduk berada jauh dari jangkauan sistem pengobatan formal.
- Bahan baku obat tradisional
Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat ini dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal dengan istilah simplisia.
- Bahan baku fitofarmaka
Obat-obatan yang menggunakan bahan baku tanaman obat yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. Tanaman obat ini digunakan dalam keadaan sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai data uji praklinis maupun klinis untuk tujuan pemanfaatan terhadap penyakit tertentu.
Data praklinis merupakan data uji tentang pengaruh bahan pada hewan percobaan. Sebagai hewan percobaan, digunakan mulai dari hewan paling sederhana (larva udang) sampai hewan tingkat tinggi seperti kelinci, monyet, maupun kuda. Sementara data klinis merupakan data uji pengaruh suatu bahan terhadap manusia. Uji klinis dapat dilakukan apabila data uji praklinis sudah lengkap dan memberikan hasil yang baik, dalam pengertian aman dikonsumsi dan memberikan efek positif bagi kesehatan.
Penggunaan bahan-bahan alami dalam upaya penurunan berat tubuh mungkin dapat bekerja sebagai pencahar, diuretika, maupun mengurangi nafsu makan dan mengurangi absorbsi lemak. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat kandungan bahan pada setiap jenis tanaman sangat banyak dan beragam. Akibatnya, sangat besar kemungkinannya untuk saling membantu dalam efek kemanfaatan dan dapat saling meniadakan ataupun mengurangi efek samping dari setiap bahan tunggal. Mengingat keadaan ini maka saat ini penggunaan bahan alam nabati semakin dikenal dan semakin disenangi berbagai lapisan masyarakat.
Cara pembuatan ramuan yang baik
Ramuan obat yang menggunakan bahan baku dari tanaman telah banyak beredar di masyarakat, baik dalam bentuk ramuan yang diproduksi besar-besaran maupun ramuan untuk keperluan terbatas. Tujuan pemanfaatan ramuan tersebut sangat bervariasi mulai dari keperluan untuk menjaga kebugaran tubuh sampai dengan untuk pengobatan gejala penyakit tertentu.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu ditekankan agar proses pembuatan ramuan perlu dilakukan dengan baik dan bersih. Dengan demikian, ramuan yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik bila ditinjau dari tingkat kesehatan dan kebersihan. Selain itu, ramuan tersebut layak dikonsumsi dan bermanfaat untuk tujuan peningkatan kesehatan. Dalam upaya memproduksi ramuan yang baik, perlu diperhatikan seluruh aspek yang terlibat dalam proses produksi, mulai dari cara pemilihan bahan baku, cara pembuatan, cara pengemasan, sampai cara penyimpanan. Selain itu, juga perlu diperhatikan para petugas yang terlibat dalam pelaksanaan produksi tersebut di atas. Petugas yang melaksanakan kegiatan pemilihan bahan baku hingga pembuatan ramuan perlu memenuhi kriteria bersih, sehat secara fisik dan rohani, serta memiliki kemampuan yang baik untuk pengenalan bahan baku maupun teknik memproduksi ramuan.
Ruangan yang digunakan untuk membuat ramuan selalu dalam keadaan bersih. Untuk keperluan itu, disarankan penggunaan lantai ruangan dari ubin, bentuk ruangan tidak banyak bersudut, dilengkapi dengan atap, dan ruangan dapat tertutup rapat. Sementara ruangan yang dimanfaatkan untuk penyimpanan ramuan disarankan harus dilengkapi dengan alat pengatur kelembapan udara. Diharapkan kondisi ruangan tersebut dapat diupayakan kondisi optimum untuk penyimpanan ramuan.
Peralatan yang dilibatkan dalam proses pembuatan ramuan harus bersih dari kotoran mekanik dan dirancang sedemikian rupa hingga mudah dibersihkan. Peralatan tersebut dibersihkan dengan air bersih yang dapat diperoleh dari PAM, sumur, maupun air dari sumber lain. Kualitas air bersih tersebut secara sederhana dapat dilihat dari tingkat kejernihan air yang bersangkutan. Bila jernih, air dapat digunakan sebagai petunjuk awal bahwa tingkat kebersihannya baik. Untuk menjaga agar air tidak terkontaminasi bibit penyakit, disarankan agar air ditambahkan desinfektan secukupnya.
Pemerintah sudah menetapkan persyaratan dari berbagai macam bentuk sediaan ramuan dalam bentuk simplisia. Syarat dalam bentuk rajangan adalah sebagai berikut.
- Kadar air tidak lebih dari 10%.
- Angka lempeng total tidak lebih dari 1o7
- Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 1o4
- Tidak boleh tercemar semua jenis mikroba yang bersifat patogen.
- Aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per sejuta (baju).
Persyaratan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk menilai tingkat kualitas ramuan ditinjau dari segi keamanan dan kebersihan.
Persyaratan kadar air dalam suatu ramuan merupakan parameter penting untuk menilai keadaan ramuan tersebut. Kandungan air dalam tanaman berkaitan erat dengan pertumbuhan mikroba dan proses metabolisme dalam tumbuhan. Penjelasan lebih rinci tentang kadar air dan mikroba adalah sebagai berikut.
Kadar Air
Kandungan air dalam suatu sediaan dapat dinyatakan dalam satuan aktivitas air (Aw) dengan nilai 0,0 sampai 1,o. Bila nilai Aw suatu bahan sama dengan nol, berarti bahan tersebut tidak mengandung air. Sementara nilai Aw dinyatakan sama dengan 1,o bila bahan tersebut hanya terdiri dari air murni.
Bakteri memerlukan Aw yang lebih besar dari o,86 agar dapat melakukan pertumbuhan dengan baik. Bakteri-bakteri halofilik atau yang senang hidup pada lingkungan yang bergaram tinggi akan dapat hidup subur pada Aw sekitar 0,75. Tanaman segar memiliki Aw lebih besar dari 0,75.
Agar pertumbuhan mikroba dapat ditahan, diperlukan pengurangan kadar air dari suatu bahan maupun ramuan. Berdasarkan data percobaan persyaratan berbagai macam simplisia berkisar 6-10%.
Mikroba
Sesuai dengan namanya, mikroba merupakan makhluk yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun, mikroba mampu hidup di hampir semua tempat dan keadaan, serta mampu bertahan dalam berbagai keadaan lingkungan seperti perubahan suhu, tekanan udara, pH, tingkat osmosis, dan kadar air.
Pada umumnya mikroba mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap tekanan oksigen. Mikroba yang tidak mampu hidup dalam lingkungan yang mengandung oksigen dikenal sebagai mikroba anaerobik, misal mikroba kelompok Clostridium. Sementara mikroba yang memerlukan oksigen dalam proses kehidupannya disebut mikroba aerobik, misal mikroba kelompok Bacillus.
Beberapa jenis mikroba secara alami memiliki sifat fleksibilitas, yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Mikroba tersebut adalah mikroba yang dapat tumbuh baik dalam keadaan anaerobik atau aerobik dan disebut anaerobik fakultatif atau aerobik fakultatif.
Seperti keperluan hidup manusia, dalam proses pertumbuhannya mikroba memerlukan berbagai bahan antara lain air, energi, nitrogen, vitamin, dan mineral. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka karbohidrat, gula, alkohol, dan protein merupakan bahan makanan yang sangat diperlukan oleh mikroba.
Jenis mikroba yang terdapat di alam sangat beragam. Namun, dalam proses pengendalian mutu bahan ramuan dari tanaman, perhatian hanya dipusatkan pada dua jenis mikroba meliputi bakteri dan fungi.
- Bakteri
Bakteri merupakan salah satu keluarga dari mikroba. Bakteri bersel tunggal, tidak berinti, serta berkembang biak dengan cara pembelahan sel. Pada kondisi lingkungan hidup yang optimal beberapa jenis bakteri dapat membelah diri dalam waktu kurang dari 20 menit. Satu sel bakteri mampu memperbanyak diri menjadi 16.000.000 sel baru hanya dalam waktu 8 jam.
Bakteri dapat ditemukan di sembarang tempat dalam jumlah relatif banyak. Namun, dari seluruh bakteri tersebut tidak semuanya merugikan kehidupan manusia. Bahkan, tidak sedikit bakteri yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia seperti bakteri pembusuk makanan ataupun sampah.
Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu cocci (bulat), streptococci (rantai dari cocci), staphylococci (tandan seperti buah anggur), bacilli (batang), spirilli (spiral), dan briofita (koma).
Jenis bakteri yang merupakan penyebab penyakit disebut bakteri patogen. Jenis bakteri ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit bila jumlahnya cukup dan kondisi manusia lemah. Penyakit ini timbul karena bakteri berkembang biak di dalam alat pencernaan, kemudian menimbulkan gejala kejang, dan mencret. Bahkan, dalam keadaan yang parah dapat menyebabkan keracunan dalam darah. Bakteri yang tergolong patogen antara lain Coliform, Compylobacter, dan Salmonella.
Selain penyakit oleh bakteri, ada penyakit yang disebabkan oleh bahan beracun yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri tertentu yang hidup dalam makanan ataupun bahan alam yang lain. Bahan beracun tersebut dapat menyebabkan gejala yang sangat beragam, mulai dari diare sampai kerusakan pusat susunan syaraf. Bakteri yang termasuk penyebab penyakit tersebut adalah Staphylococcus aureus dan Clostridium botulinum.
Aflatoksin adalah racun yang diproduksi oleh Aspergilus flauus atau A. separasi. Bakteri ini banyak tumbuh pada kacang tanah dan jamu. Anafilaksis termasuk salah satu jenis mikotoksin yang sangat berbahaya. Di samping aflatoksin, beberapa jenis mikronesia lain yang juga berbahaya bila terdapat dalam makanan adalah patulin. Patulim terdapat dalam sari apel, sedangkan vomitoksin terdapat dalam jagung. Manusia yang banyak mengonsumsi racun kapang dapat menderita penyakit mikotoksikosis.
Bakteri juga memiliki aspek-aspek yang menguntungkan karena diperlukan keberadaannya di berbagai proses pengolahan makanan yang disebut fermentasi. Misalnya, bakteri yang digunakan dalam industri pembuatan keju dan yoghurt .
- Fungi
Kapang (mold) maupun khamir (yeast) digolongkan dalam keluarga fungi. Adanya kapang pada makanan dapat dikenali dari adanya rambut-rambut lebat seperti kapas yang menempel pada makanan. Sementara khamir biasanya tidak dapat dilihat keberadaanya dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop untuk melakukan identifikasi terhadap bahan tersebut.
a) Kapang
Keberadaan kapang dapat dikenali dari adanya massa rambut kapang yang lebat. Massa ini disebut miselium. Rambut yang melakukan percabangan terpisah atau berupa filamen yang menyusun massa benang-benang lebat tersebut disebut hyphae.
Kapang yang melakukan reproduksi secara aseksual (dengan cara membelah diri) memiliki kantong spora berwarna-warni sehingga kapang dapat dikenali dari warnanya. Di samping melakukan pembiakan secara aseksual, kapang juga mampu melakukan reproduksi secara seksual, yaitu melalui pembentukan askospora atau zygospora.
Seperti halnya bakteri, kapang memerlukan faktor-faktor intrinsik untuk pertumbuhannya. Pada umumnya kapang memerlukan lebih sedikit air bila dibandingkan dengan bakteri dan khamir serta tumbuh optimal pada kisaran suhu 25-3o° C.
Beberapa jenis kapang memberikan manfaat dalam proses pengolahan boncol, tape, serta dapat memproduksi bahan obat antara lain penisilin yang dikenal sebagai antibiotika.
b) Khamir
Berbeda dengan kapang, khamir biasanya bersel tunggal, berbentuk lonjong seperti buah melon, dan melakukan proses reproduksi dengan cara bertunas atau pembelahan sel. Khamir mampu hidup lebih baik pada kondisi buruk dibanding bakteri. Beberapa jenis khamir banyak digunakan pada proses pembuatan makanan seperti produksi roti, bir, anggur, dan keju.
Pegelompokan ramuan obat
Ramuan obat yang berasal dari bahan alam, terutama yang berasal dari tanaman, dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar kecilnya dukungan ilmiah dari ramuan tersebut serta teknologi proses pembuatan ramuannya. Ketiga kelompok ini diharapkan dapat berkembang dengan intensitas perkembangan yang sama dan dapat mengisi kebutuhan sediaan ramuan obat dari tumbuh-tumbuhan.
- Jamu
Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses secara sederhana. Khasiat jamu masih berdasarkan pengalaman dari nenek moyang dan belum didukung oleh data ilmiah.
Kelompok jamu ini dalam kemasannya diberi logo berbentuk batang dan ranting dalam lingkaran produk tersebut hanya melalui serangkaian proses sederhana dan didukung oleh data ilmiah.
- Obat ekstrak alam
Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang disajikan setelah melalui berbagai proses, antara lain proses ekstraksi. Khasiat dari obat tersebut telah dibuktikan melalui percobaan yang dilakukan di luar tubuh maupun pengujian melalui binatang percobaan (praklinis). Kelompok obat ekstrak alam dalam kemasannya terdapat logo jari-jari daun yang melambangkan produk telah melalui serangkaian uji, laboratorium yang meliputi uji toksinitas dan uji praldinis.
- Obat fitofarmaka
Obat fitofarmaka merupakan ramuan obat dari tanaman yang disajikan setelah melalui berbagai proses, antara lain proses ekstraksi dari setiap komponen ramuan tersebut. Khasiat dari obat tersebut telah dibuktikan melalui percobaan pada penderita penyakit tertentu yang dilakukan mengikuti kaidah percobaan klinis yang lazim dilakukan. Pada kemasan produk dermatofitosis terdapat logo yang melambangkan serangkaian proses, uji laboratorium yang lengkap meliputi toksinitas, uji praklinis, dan uji klinis.
Source : http://artikelterbaru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar