Club Cooee

Rabu, 02 November 2011

HIV Dan Ebola, Serupa Tapi Tak Sama


Penyakit akibat Ebola jauh lebih akut dan ganas dibandingkan infeksi HIV

Tahun-tahun terakhir ini beberapa penyakit baru yang lebih mengerikan dan ganas telah muncul dalam literatur kesehatan dunia. Kita dikejutkan dengan berita adanya sejenis bibit penyakit (sejenis streptococcus) yang mampu menggerogoti permukaan tubuh penderita dengan cepat. Di India muncul kembali penyakit pes (plague) yang sangat mematikan yang disebarkan ke manusia melalui tikus. Dalam bulan Mei’96, kita kembali dikejutkan oleh sebuah berita epidemi penyakit baru yang juga sangat mematikan. Penyebabnya adalah sejenis virus. Epidemi penyakit ini adalah yang kedua setelah epidemi yang pertama tahun 1976. Kejadiannya bermula di sebuah desa di tepian sungai Ebola, di Zaire, di pantai barat Afrika yang kemudian disebut virus Ebola, untuk mengingat nama sungai yang dicemari oleh virus ini.

Kedua epidemi Ebola ini telah merenggut ratusan korban penduduk setempat dalam waktu yang sangat singkat, termasuk beberapa perawat asing yang kebetulan bertugas merawat pasien korban Ebola di sebuah RS di Zaire. Karena penyakit ini sangat mudah menular, semua petugas kesehatan, baik yang merawat maupun yang mengurus jenazah korban, diharuskan memakai pelindung tubuh seperti masker, kaca mata, baju khusus, dan sarung tangan. Peti mayatnya juga diberikan pembungkus khusus untuk mencegah penularan. WHO belum mengeluarkan pengumuman resmi tentang langkah-langkah praktis yang perlu dilaksanakan oleh negara di dunia untuk mencegah masuknya virus Ebola ke negara lain di luar Zaire.

HIV versus Ebola
Dari literatur, kita mengetahui bahwa kedua penyebab penyakit ini adalah virus dan keduanya sudah dapat diisolasi tahun 1975 (HIV) dan 1976 (Ebola). Antibodi HIV sebenarnya sudah dicurigai sejak tahun 1957 setelah para peneliti di Lab. Pastur Perancis mencurigai adanya antibodi spesifik dari darah orang-orang Zaire yang diperiksa. Ebola cepat diketahui gejala dan akibatnya karena bersifat akut. Penderitanya segera meninggal sehingga sumber penyakitnya segera hilang. Sedangkan infeksi HIV baru diketahui gejala dan akibatnya yaitu AIDS setelah beberapa tahun. AIDS mulai dideteksi tahun 1981 di San Fransisco. Kedua virus ini pada mulanya juga hidup di tubuh kera tetapi kemudian menyeberang ke manusia. Sampai sekarang, penyeberangan kedua virus ini dari tubuh kera ke manusia juga masih belum diketahui dengan jelas (missing link). Kedua penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat fatal, karena belum ada obat penyembuhnya dan vaksin pencegahannya. Kedua jenis virus ini senang hidup di dalam darah manusia, tetapi HIV juga suka berkeliaran di cairan alat kelamin sehingga virus ini dapat ditularkan melalui kontak seksual.

Meskipun keduanya adalah sejenis virus, tetapi berbeda speciesnya. Ebola tergolong spicies Filovirus dan HIV tergolong Retrovirus. Penyakit akibat Ebola jauh lebih akut dan ganas dibandingkan infeksi HIV. Ebola lebih mudah menular, cukup melalui isi muntahan penderita saja. Virus ini kerjanya menghancurkan dinding pembuluh darah dan organ dalam seperti ginjal. Proses infeksi HIV lebih lamban kejadiannya, karena masa inkubasinya lebih lama (5-10 tahun), dan kerjanya dalam darah adalah menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita sehingga penderitanya akan mati bukan disebabkan langsung oleh HIV tetapi akibat infeksi sekunder lainnya yang diberikan kesempatan masuk ke tubuh penderita yang sudah hancur sistem kekebalannya akibat virus ini. Gejala Ebola pada mulanya hanya bercak-bercak merah di badan penderita karena pendarahan dibawah kulit dan panas tinggi. 90% penderita Ebola akan meninggal dalam waktu kurang dari dua minggu akibat pendarahan dari mulut, hidung, mata dan kerusakan ginjal.

Kelalaian dan ulah manusia
Para ahli sudah dapat mengidentifikasi 50 jenis virus yang hidup di lingkungan kita, termasuk HIV dan Ebola. Kedua virus ini memang jenis virus ganas. Virus tertua yang tercatat dalam literatur kesehatan adalah virus polio yang dijumpai tahun 1894.

Bertambah ganasnya beberapa jenis virus dan bakteri di lingkungan kita hampir semuanya karena ulah dan kelalaian manusia. Matinya ratusan ikan lumba-lumba di pantai barat Eropa tahun 1987 adalah akibat infeksi virus morbilli yang mengadakan mutasi dan menyerang sistem kekebalan tubuh ikan tersebut. Masuknya sejenis virus Ebola tahun 1990 ke New York (Amerika) karena kera-kera import dari Philipina sudah terinfeksi oleh virus sejenis Ebola. Virus ini kemudian menginfeksi beberapa petugas di Airport John F. Kennedy New York melalui udara. Tersebarnya virus Dengue dari Asia Tenggara ke”Carribia juga karena diberikannya kesempatan nyamuk Aedes ikut terbawa bersama kayu gelondongan yang dieksport ke negara Amerika latin tersebut. Demikian juga dengan jenis penyakit demam berdarah yang virusnya hidup pada tubuh tikus di hutan-hutan Korea. Saat ini, virus ini telah menyebar ke berbagai belahan bumi karena tikusnya ikut berlayar dengan kapal keluar dari Korea.

Masih banyak contoh kelalaian dan ulah manusia yang telah menyebabkan berkembangnya dan menyebarnya virus serta bakteri lainnya. Penebangan hutan tropis yang berlebihan, pencemaran lingkungan oleh CO2 dan efek rumah kaca akibat penggunaan AC yang berlebihan juga telah menyebabkan semakin panasnya suhu bumi. Meningkatnya suhu bumi kita sangat kurang menguntungkan buat kehidupan manusia, tetapi berakibat baik dan lebih suburnya mutasi beberapa bakteri dan virus. Penggunaan jarum injeksi dan alat-alat kedokteran yang kurang steril telah menimbulkan infeksi nosokomial di pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Meskipun di Bali menurut Kakanwil Bali tidak ditemukan adanya HIV di dalam cairan anastesi, tetapi pernyataan tersebut masih diragukan secara ilmiah karena investigasi atau penelitian kearah itu sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan di seluruh RS di Bali.

Manajemen transfusi darah yang lalai mendeteksi adanya parasit Malaria, hepatitis B, C dan Delta, termasuk HIV dan sifilis, juga dapat mempercepat menyebarnya penyakit tersebut di banyak negara. Pemakaian antibiotika dengan dosis dan indikasi kurang tepat oleh masyarakat dan petugas kesehatan juga telah menyebabkan kebal dan bertambah ganasnya beberapa bakteri penyebab penyakit kelamin seperti GO, Sifilis, Chlamydia dsb.

Kerakusan nafsu seks dan penggunaan jarum injeksi bersama-sama oleh pecandu obat bius juga telah ikut menyuburkan penularan HIV ke seantero dunia. Penghentian penggunaan DDT karena takut pencemaran lingkungan untuk membunuh vektor Malaria, Demam Berdarah dan Penyakit kaki gajah, juga diperkirakan telah menjadi salah satu penyebab mengapa ketiga penyakit ini masih saja tetap berkembang di beberapa wilayah kita sampai saat ini.

Kewaspadaan dan pengendalian diri
Meskipun teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction) sudah dapat digunakan untuk mengungkap rahasia sistem RNA virus, tetapi tetap saja kemampuan manusia untuk melawan keganasan HIV dan Ebola masih terbatas. Masyarakat luas belum dapat memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut karena obat dan vaksin untuk virus ini belum mampu dikembangkan. Meskipun penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV sangat dianjurkan di banyak negara, tetapi masih banyak juga kendala dan hambatannya untuk pemasarannya. Untuk jangka panjang, satu-satunya upaya manusia mengekang penyebaran kedua virus ini adalah gerakan penyadaran masyarakat untuk lebih mewaspadai dan mampu “mengendalikan diri” sehingga perilaku berisiko yang memudahkan virus ini menular ke orang lain akan dapat dikuragi dan dicegah. Sadar menggunakan kondom adalah hakekat lain dari pengendalian diri. Hakekat pengendalian diri yang lebih tinggi kualitasnya adalah penerapan moral agama dan penguatan iman. Semua anggota masyarakat yang beragama dituntut untuk menerapkan ajaran agamanya secara murni.

Sehubungan dengan dicanangkannya gerakan disiplin nasional oleh Kepala Negara tanggal 20 Mei 1995, akan lebih baik kalau dapat diterapkan di kalangan petugas kesehatan agar mereka lebih berdisiplin dan profesional menjalankan profesinya sebagai pelayanan masyarakat.

Dengan demikian peningkatan kualitas pelayanan akan dapat terus dikembangkan. Bila semua pihak mampu melakukannya secara bertahap sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, kualitas kewaspadaan dan pengendalian diri masyarakat akan dapat terus ditingkatkan dan virus Hiv dan Ebola niscaya akan dapat kita cegah berkembang di kalangan masyarakat kita.
Pustaka-AIDS Dan Ebola, Serupa Tapi Tak Sama

AIDS di Indonesia: masalah dan kebijakan penanggulangannya Oleh Dr. A. A. Gde Muninjaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget