Paragraf di atas hanyalah sekadar wacana agar para pembaca sekalian sebagai orang tua maupun calon orang tua bisa mengintrospeksi lebih dalam dan melihat tanggung jawab sebagai orang tua sebagai sebuah karunia (dan bukan beban). Karena pada hakekatnya, anak lebih memerlukan dukungan psikologis dari orang tua sebagai bekal hidupnya dibanding dukungan materi yang tidaklah kekal.
Lalu adakah hubungan antara mata yang berjam-jam fokus ke depan layar televisi dengan kerusakan dini pada mata anak? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia baru-baru ini menunjukkan adanya korelasi antara total waktu menonton televisi per hari dan jarak dari televisi saat menonton dengan contrast sensitivity mata kiri, mata kanan, dan kedua mata, yaitu semakin lama menonton televisi, skor fungsi retina semakin rendah, demikian juga jarak yang semakin dekat cenderung menurunkan fungsi retina pada mata anak.
Sebaiknya jarak mata saat menonton pada anak-anak adalah 4 meter. Untuk anak usia 6-9 tahun, sebaiknya menonton 60 menit per hari. Sedangkan untuk anak usia 9-13 tahun, selama 90 menit per hari.
Ini dimungkinkan karena televisi memancarkan sinar biru yang amat dekat dan berbahaya bagi mata anak. Sinar biru mengakibatkan degenerasi retina dengan merusak enzim sitokrom oksidase dan menghambat pernafasan sel. Lensa mata pada anak-anak juga relatif jernih sehingga tidak dapat meredam sinar biru secara maksimal. Faktor total waktu menonton tiap hari dan jarak menonton juga mempengaruhi total sinar biru yang diterima mata.
Namun begitu, ada juga penelitian lain yang menunjukkan bahwa radiasi kecil yang ditimbulkan oleh layar video game, TV, maupun komputer tidak menimbulkan kerusakan mata BILA kita bisa mengendalikan diri saat mata mulai terasa lelah. Masalahnya, anak-anak bisa terus ketagihan di depan layar video game sekalipun matanya lelah demi mempertahankan kemenangan karakter dalam video game yang dimainkannya.
Bagaimanapun juga, melihat layar TV, komputer, video game, maupun membaca dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kelelahan pada mata. Hal ini bisa ditandai dengan rasa tidak nyaman setelah melihat dalam waktu lama, maupun sakit kepala ringan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kelelahan pada mata (eyestrain) di antaranya adalah:
· Mata yang terus fokus untuk jangka lama pada obyek yang terfiksasi. Hal ini dikarenakan mata kita pada hakikatnya didesain untuk berganti-ganti fokus antara obyek dekat dan jauh. Mata kita lebih cenderung lelah saat melihat obyek yang dekat dibanding saat melihat obyek yang jauh.
· Pencahayaan yang kurang akan memaksa mata kita berfokus pada kondisi yang tidak mendukung.
· Cahaya yang menyilaukan, baik yang langsung maupun akibat pantulan, membuat mata sukar melihat. Ketika mata kita lelah, otot wajah dan mata akan semakin kencang.
· Kontras adalah perbedaan terang antara apa yang dilihat dan lingkungan sekitarnya. Kontras yang berlebih, seperti layar TV yang terang pada ruangan gelap, bisa memacu kelelahan mata.
· Masalah penglihatan yang membutuhkan bantuan kacamata ataupun contact lens untuk mengatasinya.
Oleh karena itu, saat menonton televisi usahakan pencahayaan dalam ruangan sekitar 50% lebih suram dibanding cahaya pada layar TV atau komputer, dan cahaya lampu tidak dipantulkan layar TV sehingga menyilaukan. Jangan melihat dalam gelap, karena kontras cahaya akan menjadi terlalu tajam dan menyakiti mata. Usahakan menonton secara sejajar dengan jarak sekitar 4 atau 5 kali ukuran layar TV Anda dalam inchi. Anak-anak yang rabun bisa duduk lebih dekat. Saat Anda bekerja di depan komputer atau menonton dalam waktu lama, dan mulai merasa kelelahan pada mata, ambil rehat sejenak dengan melihat obyek yang jauh untuk beberapa menit. Atau ambil rehat setiap beberapa jam, bisa juga dengan menutup mata dan merelaksasikannya selama 1 menit.
Sekarang setelah Anda mengetahui semua hal ini, semoga Anda bisa lebih bijak dalam menggunakan mata Anda sebagai anugerah ilahi yang tak terkira dan mengingatkan anak Anda tentang bahaya menonton TV atau main game yang terlalu lama.
Source : http://rumahparenting.biz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar