Club Cooee

Senin, 16 Januari 2012

Bihun Jagung Makin Gusur Mie Terigu

JAKARTA - Mie, sohun, dan bihun berbahan baku jagung semakin naik daun dan diharapkan bisa menggusur dan menggantikan mi berbahan baku terigu (gandum) yang 100 persen diimpor.

"Pasar bihun jagung sekitar 10 ribu ton per bulan, kini sudah menggantikan 50 persen pangsa pasar bihun beras dan mulai merebut sedikit pasar mie gandum," kata Teddy Tjokrosaputro, Presiden Direktur PT Subafood Pangan Jaya, pelopor produsen bihun jagung pada Bincang Iptek Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tentang Diversifikasi Pangan di Jakarta, Jumat (25/11).

Keuntungan dengan mengonsumsi jagung, urainya, yakni jagung bisa ditanam di Indonesia dan bisa membuka lapangan kerja bagi jutaan petani, sementara gandum 100 persen diimpor.

"Karena itu mengganti gandum dengan jagung bisa menghemat devisa dua miliar dolar AS per tahun atau hampir Rp20 triliun yakni nilai impor gandum sebesar 4-5 juta ton per tahun," katanya sambil menambahkan bahwa saat ini produksi jagung Indonesia 17 juta ton per tahun masih kurang dua juta ton lagi untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Saat ini menurut dia, konsumsi makanan pokok masyarakat Indonesia adalah beras sebesar tiga juta ton per bulan, disusul gandum 300 ribu ton per bulan, baru disusul jagung 10 ribu ton per bulan, baru kemudian sagu, ubi dan kentang yang totalnya 10 ribu ton per bulan.

Pihaknya lanjut dia, bekerja sama dengan BPPT untuk melakukan fortifikasi (penambahan gizi) ke dalam bihun jagung, kerja sama melakukan efisiensi produksi jagung, dan penciptaan makanan baru berbasis jagung, seperti makaroni jagung dan kerupuk jagung.

Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Agroindustri BPPT, Priyo Atmaji, mengatakan, terus mengembangkan produk pangan berbasis mie dan makaroni berbahan nonberas dan nonterigu, seperti dari jagung, sagu, singkong, kentang, aren dan lain-lain.

"Sebanyak 78 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras dengan rata-rata menghabiskan 139 kg beras per tahun, tergolong sangat tinggi, jauh di atas rata-rata dunia 60 kg per kapita per tahun, karena itulah diperlukan diversifikasi pangan agar tidak terjerumus pada impor beras," katanya.

Ironisnya, lanjut dia, ketika pemerintah berusaha menekan konsumsi beras namun yang terjadi terigu menggantikan beras dimana mie dan roti kini menjadi sumber karbohidrat masyarakat, padahal tanaman gandum sebagai sumber terigu tidak dapat tumbuh baik di Indonesia.

"Ke depan hasil kajian BPPT dapat diterapkan pada sentra-sentra penghasil karbohidrat seperti jagung, sagu dan singkong untuk mendukung ketersediaan bahan pangan karbohidrat,? kata Priyo.

Menurut Teddy, mie, bihun atau sohun terbukti sangat disukai masyarakat, karena itu perlu banyak riset untuk membuat berbagai bahan pangan lokal menjadi mie, dilengkapi dengan rasa yang enak, praktis cara menyajikannya, harga terjangkau dan bisa didapat dengan mudah di pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer widget